Menurut Khofifah, keberadaan masjid Jami’ ini erat kaitannya dengan sejarah dakwah Islam di masa itu. Di mana Tegalsari memiliki nilai sejarah dan semangat dakwah Islam yang besar. Sosok Kyai Ageng Muhammad Besari juga memiliki peran yang kuat.
Beliau pula yang mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari. Ribuan orang santri konon yang belajar di pesantren ini. “Kiai Besari memberikan ilmu syariat, akidah, tasawuf atau akhlak, hingga kesenian Jawa, khususnya sastra. Beliau zuriahnya (keturunannya) Subhanallah dari orang yang sholeh dan sholehah. Beliau bisa memberseiringkan bagaimana menjadi ulama dan jadi umarah. Kedalaman keilmuannya luar biasa," katanya.
Komplek Masjid Tegalsari ini terdiri dari tiga bagian yaitu Dalem Gede merupakan kerajaan kecil yang dulunya merupakan pusat pemerintahan. Kemudian sebuah masjid serta komplek makam Kyai Ageng Muhammad Besari.
Kyai Ageng Muhammad Besari berasal dari Caruban, Madiun, Jatim, wafat pada tahun 1773. Haulnya, diperingati tiap tahun pada bulan Dzulkaidah tahun Hijriah di Masjid Jami' Tegalsari, Jetis, Ponorogo.
Makam Kiai Ageng Muhammad Besari ini menjadi salah satu wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tidak hanya datang dari wilayah Ponorogo saja, tapi juga banyak peziarah yang datang dari luar kota.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait