"Di sini menceritakan identitas sosial masyarakat Jawa kuno saat itu. Jadi yang mulai koleksinya berbahan emas, sampai perak dan perunggu. Semua itu benda-benda aksesoris identitas para bangsawan, ini hipotesa. Keris ini juga menjadi identitas sosial masyarakat, orang dulu nggak punya KTP, KTP-nya mereka keris ini. Makanya keris itu ID card bagi masyarakat Jawa kuno, dan ini sifatnya privasi dan tidak boleh diketahui oleh umum," katanya.
Ia mengisahkan bagaimana keris dalam tangguh Tuban misalnya yang dipamerkan juga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Ada juga keris yang berasal bentuk wilayah Jombang, namun berdasarkan tangguh umurnya keris itu berasal dari kerajaan yang sama.
"Yang Singasari kayak betok, kayak bilah pisau pramuka, tapi lebih cembung itu betok, era tangguh Majapahit di daerah Majapahit, yang tangguh Jombang, Tuban itu sefrekuensi satu era dengan Majapahit," katanya.
Di museum ini pengunjung juga terdapat koleksi cermin yang biasanya digunakan oleh para bangsawan Kerajaan Majapahit. Tak ketinggalan beberapa benda cagar budaya seperti Genta Biara, yang biasanya diletakkan di altar pemujaan, mata panah yang digunakan untuk berburu hewan liar di masa Kerajaan Majapahit.
Jika berminat melihat benda koleksi cagar budaya di Museum Ganesya, silakan berkunjung ke Museum Ganesya pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB, dan pukul 18.00 sampai pukul 23.00 WIB. Harga tiketnya Rp25.000 setiap hari kerja.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait