“Alat itu didesain menggunakan sensor sudut dan tombol-tombol untuk menggerakkan dua drone sekaligus,” kata pilot safety ini.
Tak hanya itu, pada kategori Autonomous (D2), tim bimbingan Dr Rudy Dikairono ST MT ini juga menyuguhkan inovasi baru. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan inovasi pada algoritma misi agar drone dapat menyelesaikan misi dengan cepat dan presisi.
“Kami juga menyuguhkan baterai hotswap, di mana sistem drone tidak perlu dimatikan apabila bertukar ke baterai baru,” tuturnya.
Berbagai tahapan harus dilalui oleh tim Soeromiber untuk menjadi juara. Tiga minggu sebelum dilaksanakan kompetisi, mereka diharuskan mengirim video terkait progres tim serta uji coba drone dalam melakukan misi. Selanjutnya, pada hari diselenggarakannya kompetisi, mereka juga diharuskan melakukan presentasi.
Dalam sesi presentasi tersebut, Martin dan tim memaparkan secara rinci terkait fitur drone, kreativitas, strategi, serta hal yang dipelajari kepada dewan juri. Di samping itu, tim Bayucaraka juga menunjukkan drone yang akan digunakan serta alat kontrolnya kepada juri. Setelah itu, barulah memasuki tahap kompetisi guna menyelesaikan misi.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait