Selamatkan Tradisi
Menekuni usaha batik bagi Nur Kholis bukan semata persoalan untung dan rugi. Lebih dari itu, ada nilai yang tak kalah penting untuk dilestarikan, yakni seni dan falsafah yang tertuang dalam fragmen atau motif batik tersebut.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB) Malang ini sadar bahwa Kabupaten Gresik, tempat tinggalnya sekarang tidak memiliki akar budaya batik layaknya Kabupaten Tuban, Madura atau Mataraman. Namun, di Gresik terdapat tradisi melukis damar atau lampu damar kurung dengan maestronya Masmundari.
Pada catatan Kemendikbud, damar kurung merupakan metamorfosis dari wayang beber, sebuah pertunjukan yang menceritakan lukisan di atas kertas yang telah ada di Gresik sejak ratusan tahun silam. (https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=532).
Hingga pada perjalanannya, cerita pada lukisan kertas itu disederhanakan dalam bentuk lampu damar kurung yang dilestarikan oleh Mbah Masmundari. Pada lampu inilah Masmundari menuangkan aktivitas sosial masyarakat urban sehari-hari dalam bentuk lukisan, seperti pasar malam, anak-anak yang bermain layang dan lainnya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Damar_Kurung).
Tradisi damar kurung Masmundari inilah yang ingin dilestarikan Nur Kholis dengan memproduksi batik sendiri. Sama seperti Masmundari, Nur Kholis juga ingin mendokumentasikan kehidupan sosial sehari-hari ke dalam motif batik yang dia ciptakan dengan nama Batik Bangsawan.
Harapannya, tradisi yang pernah dikembangkan oleh maestro Masmundari tidak punah dengan gempuran teknologi yang terus berkembang. "Jadi batik bangsawan ini bagian dari upaya kami untuk mempertahankan tradisi itu," katanya.
Nur Kholis mengatakan sampai saat ini ada lebih dari 50 motif atau fragmen kehidupan sosial masyarakat Gresik yang dia tuangkan pada batik produksinya. Beberapa di antaranya tentang kehidupan sosial masyarakat pesisir seperti orang mengaji, mencari ikan, atau orang-orang yang biasa mengangsu (mengambil air) saat sore hari.
"Alhamdulillah, responsya masyarakat bagus. Banyak pencinta batik yang tertarik hingga memesan," katanya.
Hingga tahun ketujuh ini, produksi batik Bangsawan milik Nur Kholis telah menjadi jujugan banyak instansi, baik pemerintahan maupun swasta untuk belajar tentang batik. Usaha yang dirintis dari pinjaman bank itu kini menghasilkan omzet hingga Rp100 juta per bulan.
Tak hanya itu, motif batik unik ciptaan Nur Kholis ini juga kerap menyabet penghargaan di beberapa event, salah satunya yang dimenangkan di Jawa Timur saat hari jadi ke-77 2022 lalu.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait