Salah seorang tokoh Banyuwangi, M Ridwan mengakui cerita itu. Karenanya, masyarakat, terutama di Desa Sarang pada ketakutan saat malam hari. "Sebab, biasanya pada jam itu ninja muncul. Semua pada mengungsi," katanya.
Ridwan mengatakan, dirinya juga termasuk yang pernah menjadi sasaran. Dia menceritakan, bagaimana saat malam hari di atap rumahnya tiba-tiba muncul cuara orang berjalan. "Tapi pas dilihat tidak ada apa-apa. Lalu muncul lagi di atas pohoon kelapa. Pokoknya mencekam sekali," ujarnya.
Menurut beberapa catatan, pembunuhan pertama kali terjadi pada Februari 1998. Namun, pada bulan berikutnya korban yang tewas justru bertambah banyak. Ironisnya, mereka yang tewas ternyata bukan hanya orang-orang yang disebut memiliki ilmu hitam atau santet, tetapi justru para kiai dan guru ngaji.
Pasacekejadian itu, Bupati Banyuwangi Purnomo Sigit, kala itu mengeluarkan radiogram. Isinya menyerukan kepada aparat pemerintahan untuk mendata dan melakukan pengamanan terhadap beberapa tokoh, terutama kiai dan guru ngaji.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya, pembantaian justru semakin brutal. Setiap hari korban yang tewas jusru bertambah banyak, antara dua hingga sembilan orang. Beberapa di antara mereka adalah tokoh-tokoh yang sempat masuk dalam pendataan.
Itu sebabnya, Purnomo Sigit kala itu banyak mendapat protes. Bahkan, sekelompok masyarakat juga meminta kepada bupati untuk mundur dari jabatannya. Sebab, informasinya, radiogram bupati itu justru menjadi petunjuk bagi para ninja untuk mendatangi target dan melakukan pembantaian.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait