Kini, mereka memiliki 15 kandang indukan di lahan depan rumah mereka yang dijadikan tempat sangkar. Setiap pagi, Muhammad Ishak dan istrinya sibuk merawat burung perkutut tersebut.
Merawat burung perkutut memerlukan skill dan kesabaran khusus, terutama dalam melatih suara burung perkutut agar memiliki suara panjang dan merdu. Kebersihan kandang juga menjadi prioritas utama untuk menjaga kesehatan burung.
Berbeda dengan burung ocehan lainnya, menurutnya burung perkutut harus memiliki asal usul trah dan keturunan yang jelas. Setiap burung perkutut di kandang Leora Bird Farm miliknya dilengkapi dengan gelang sebagai identitas untuk memiliki nilai jual tinggi.
Keuletan dan kesabaran yang tak pernah henti, pasangan pasutri ini telah banyak meraih trofi di berbagai kejuaraan kontes burung perkutut dari berbagai daerah di Indonesia. Setelah sebelumnya terhimpit masalah ekonomi, kini mereka telah pulih kembali dan bahkan mampu mempekerjakan dua orang karyawan.
Burung perkutut milik Muhammad Ishak dijual dengan harga ratusan hingga puluhan juta rupiah, tergantung kualitas dan suara burung tersebut. Sungguh sebuah contoh sukses dari usaha yang bermula dari hobi, yang kini membawa dampak positif bagi perekonomian keluarga mereka.
"Kita awalnya bukan peternak, hanya penikmat saja. Kita beli itu langsung bisa dibuat lomba. Kalau sekarang kita sudah memiliki nama sendiri," kata istri Ishak, Athif.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait