MALANG, iNews.id - Sunan Gunung Jati memiliki karomah atau keistimewaan pemberian Allah SWT. Bahkan berkat keistimewaan tersebut, Sunan Gunung Jati atau yang bernama asli Syarif Hidayatullah berhasil mempersunting istri keempatnya yang konon dengan cara unik.
Istri keempat Sunan Gunung Jati bernama Rara Tepasan, anak perempuan Ki Gede Tepasan. Dia terkenal memiliki kecantikan luar biasa bagaikan bidadari. Sosoknya kerap dikenal rajin untuk mencari ilmu yang suatu hari dikagetkan cahaya terang benderang di suatu malam.
Pada suatu malam, sang putri melihat cahaya bagaikan pelangi memancar di angkasa sebagaimana dikutip dari 'Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati : Naskah Mertasinga', terjemahan Amman N Wahju.
Cahaya itu terlihat memancar di arah barat-laut, bersinar sangat terang bagaikan sinar bulan purnama. Konon ketika melihat cahaya tersebut, sang putri menjadi sangat gundah hatinya.
Kemudian dia memutuskan akan pergi mencari cahaya yang dilihatnya itu. Dalam hatinya, sang putri bertekad, 'Kalau cahaya itu memancar dari seorang wanita, maka dia akan kuangkat menjadi saudaraku. Akan tetapi bilamana cahaya itu datang dari seorang laki-laki,aku akan menerimanya sebagai suamiku'.
Rara Tepasan lantas menyampaikan maksud hatinya ke sang ayah. Rara Tepasan berkata, "Ayahanda, hamba akan mencari sumber cahaya yang kulihat tadi malam, yang memancar dari arah barat laut, dari sini cahaya itu terlihat bagaikan sinar bulan purnama". Mendengar keinginan putrinya itu Ki Gede Tepasan terkejut.
Sang ayah sempat berusaha merayu anaknya untuk mencegah keinginan sang anak. Menurutnya tak pantas bila anak perempuan berkeliaran mencari-cari cahaya seperti itu. Akan tetapi tiba-tiba si ayah memperoleh firasat bahwa dengan jalan itu anaknya akan memperoleh kemuliaan dan juga bagi dirinya.
Sementara itu mendengar larangan ayahnya tadi sang anak menangis tersedu-sedu. Dia memohon kepada sang ayahnya untuk mencari cahaya terang itu karena tak mampu menanggung rindu. Sebab sang anak terus berkeras kehendaknya, si ayah tak dapat lagi memaksakan larangannya.
Ki Gede Tepasan pun menyuruh sang anak untuk mempersiapkan bekalnya, membawa semua yang dimilikinya. Pesan sang ayah, "Kelak kalau sudah bertemu dengan orang yang kau cari, janganlah kekurangan bekal agar engkau tidak direndahkan". Maka Rara Tepasan segera berkemas-kemas dan kemudian masuk ke dalam landu, meninggalkan para putra Kerajaan Majangara.
Dia membawa serta perlengkapannya yang digotong oleh 100 orang dari Tepasan. Mereka berjalan siang dan malam menuju ke arah barat laut hingga akhirnya tiba di Puri Amparan. Di sepanjang perjalanan, rombongan itu bertanya-tanya kepada orang yang ditemuinya.
Dari sanalah akhirnya diketahui cahaya itu datang dari arah Sunan Gunung Jati atau naskah Mertasinga menyebutnya Syekh Maulana Jati, yang cahayanya indah memancar.
Ki Gede yakin dia telah menemukan apa yang dicarinya, dengan langkah pasti dia kemudian menghadap kepada Syekh Maulana menyampaikan hormat serta baktinya.
Ki Gede kemudian berkata, "Hamba mohon berkahnya paduka tuan, hamba membawa anak perempuan hamba untuk diserahkan kepada tuanku, Rara Tepasan Namanya".
Itulah awalnya Syekh Maulana mempunyai istri empat, yaitu dengan Rara Tepasan ini. Rombongan pengantarnya yang 100-an orang tidak kembali pulang ke Tepasan.
Dari sinilah awalnya bagaimana peraturan-peraturan dan adat istiadat Majapahit itu menggantikan adat istiadat Sunda di Carbon. Selain itu putri Tepasan pengetahuannya melebihi istri-istri yang lain sehingga dia sangat berpengaruh dan mampu menerapkan adat istiadat Jawa di Kraton Pakungwati dan di Carbon.
Hal mana dilakukannya dengan persetujuan Sunan Gunung Jati. Dari putri Tepasan ini kemudian lahir seorang anak perempuan yang bernama Ratu Ayu yang cantik jelita dan kemudian seorang anak laki-laki yang bernama Pangeran Pasarean, yang menjadi calon pengganti di Kesultanan Carbon.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait