SURABAYA, iNews.id - Raja Airlangga meletakkan jabatan usai mengantarkan Kahuripan sebagai kerejaan besar dan disegani di Pulau Jawa. Airlangga memilih menjadi pertapa dan meminta kepada putrinya Sanggramawijaya Tunggadewi untuk menggantikannya.
Namun, permintaan itu ditolak. Sanggramawijaya memilih menjadi pertapa daripada menjadi seorang raja.
Sebagaimana dikutip dari buku "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa", dari Sri Wintala Achmad, tawaran sang ayah kepada putrinya dia tolak. Prasasti Cane (1021 M) dan Prasasti Turun Hyang (1035 M), pun memuat penolakan Sanggramawijaya Tunggadewi yang diberikan oleh ayahnya.
Sang anak lebih memilih jalan hidup sebagai pertapa yang bergelar Dewi Kilisuci, daripada harus menjadi raja menggantikan Airlangga ayahnya. Oleh karena tidak bersedia, akhirnya Airlangga meminta bantuan kepada Mpu Bharada yang merupakan penasihat raja Airlangga.
Akhirnya Mpu Bharada pun membagi wilayah kekuasaan Kahuripan menjadi dua bagian. Wilayah kekuasaan di sebelah timur yang beribukota di Kerajaan Kahuripan (Janggala/Ujung Galuh) itu diberikan kepada Mapanji Garasakan. Sementara itu, wilayah di sebelah barat yang beribukota di Daha Kadiri diberikan kepada Sri Samarawijaya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait