NU sengaja mengambil lokasi Muktamar di Madiun yang sekaligus untuk memperlihatkan kekuatan umat Islam. Muktamar NU ke-17 Madiun dihadiri hampir seluruh pengurus besar NU.
Seluruh elemen Syuriah dan Tanfidziah, hadir. Begitu juga pimpinan konsul atau wilayah dan cabang dari seluruh Indonesia. Acara dibuka oleh khutbah iftitah (pidato pembukaan) Rais Akbar NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Mbah Hasyim Asy’ari yang juga kakek Gus Dur itu mengingatkan akan bahaya ajaran materialisme historis atau historis materialisme yang menjadi filsafat ideologi komunisme (PKI).
Yakni ajaran yang berpandangan tiada realitas di dunia ini kecuali benda, tidak ada roh dan tidak ada alam gaib. Ajaran yang tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati. Tidak hanya tercela, Mbah Hasyim juga menilai berbahaya.
Sebab dapat mempengaruhi penganutnya ke arah kekufuran dan penyimpangan. “Bahaya besar ini tidak akan terelakkan bila sudah tertanam dalam hati serta jiwa pemuda kita dan yang demikian itu akan mengubah keyakinan dasar mereka terhadap agama Islam yang kita anut,” kata Mbah Hasyim seperti dikutip dari Khutbah Iftitah yang disampaikan dalam Muktamar ke-17 NU di Madiun 24 Mei 1947.
Dalam khutbah iftitahnya Mbah Hasyim juga berseru kepada seluruh umat Islam untuk bergerak, menyatukan kekuatan, dan merapatkan barisan.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait