MALANG, iNews.id - Pecahnya Tarumanagara menjadi dua kerajaan membuat adanya dua budaya di satu wilayah di Jawa Barat kala itu. Kerajaan Sunda dan Galuh merupakan dua kerajaan bersaudara dari rahim yang sama, tapi akhirnya berjalan sendiri- sendiri.
Perbedaan tak hanya terasa di wilayah saja, tetapi secara tradisi. Anwas Adiwilaga pada buku 'Menemukan Kerajaan Sunda' dari buku Saleh Danasasmita menyebut ada perbedaan antara orang Galuh dan Sunda.
Bila orang Galuh disebut sebagai orang air, maka orang Sunda memiliki julukan orang gunung. Mungkin penafsirannya karena orang Galuh lebih cenderung hidup di pesisir, sedangkan orang Sunda kerap hidup di pedalaman dan daerah pegunungan.
Secara tradisi mitos pun berbeda. Kepercayaan binatang mitos orang Galuh yakni buaya, sedangkan orang Sunda memiliki mitos harimau. Melihat habitat kedua hewan tentu ada perbedaan signifikan di antara orang Galuh dan Sunda.
Bahkan di daerah Ciamis dan Tasikmalaya masih ada beberapa tempat yang bernama Panereban. Tempat yang bernama demikian pada masa silam merupakan tempat melabuhkan (nerebkeun) mayat. Sebab menurut tradisi Galuh, mayat harus dilarung atau dihanyutkan di sungai.
Sebaliknya orang Kanekes, masih menyimpan banyak sekali sisa-sisa tradisi Sunda, mengubur mayat dalam tanah. Tradisi nerebkeun di sebelah timur dan tradisi ngurebkeun di sebelah barat membekas dalam peristiwa dalam istilah panereban dan pasarean.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait