Pascaperistiwa G30S PKI gerakan Mbah Suro di Randublatung Blora dipantau secara khusus oleh tim intelijen. Mbah Suro juga diketahui sering memakai nama Mulyono dengan catatan kelahiran 1921.
Perguruan Nginggil yang ia dirikan, yakni berkedok praktik klenik, diketahui tiba-tiba memiliki banyak pengikut. Dalam setiap hari tempatnya didatangi banyak orang dari Kediri, Malang, Madiun, Surabaya, Semarang, dan Surabaya.
Terungkap, Mbah Suro merupakan bekas tentara bentukan PKI dalam peristiwa Madiun 1948. Praktik klenik yang didirikan hanya kamuflase untuk membangkitkan kembali gerakan PKI.
“Sisa-sisa pengikut Amir Sjarifuddin dalam peristiwa Madiun pernah menggunakan daerah itu (Randublatung Blora) sebagai basis mereka melanjutkan perjuangan PKI”.
Mbah Suro menjadikan Nginggil Randublatung sebagai pusat gerakan kebangkitan PKI. Tidak hanya melakukan agitasi dan propaganda, tetapi juga memperlihatkan ciri khas ikat kepala hitam.
Gerakan Mbah Suro Nginggil juga menyiapkan kekuatan bersenjata, yakni dengan dibentuknya pasukan Banteng Wulung untuk pasukan laki-laki dan Banteng Sarinah untuk pasukan perempuan.
Tidak menunggu berkembang lebih besar. Pada tahun 1968 gerakan Mbah Suro langsung ditumpas. Oleh pasukan RPKAD, Kodam Diponegoro dan Kodam Brawijaya, gerakan Suro Nginggil dibubarkan.
Terungkap dari sejumlah dokumen yang disita, gerakan Mbah Suro dalam menyusun kekuatan mendapat bantuan keuangan dari sejumlah aktivis Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia).
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait