MALANG, iNews.id - Nama Mayjen Imam Soedja'i dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945 mungkin tak terlalu familier di telinga masyarakat Indonesia. Namanya tak sementereng Bung Tomo, Prof. Moestopo, atau KH. Masjkur yang memimpin Laskar Hizbullah.
Namun, sosok Mayjen Imam Soedja'i menjadi aktor di balik mahirnya para pejuang dari Malang Raya dan sekitarnya dalam penggunaan persenjataan dan taktik perang. Dia merupakan Panglima TKR Divisi VII Untung Suropati yang membawahi Malang Raya dan sekitarnya.
Pemerhati sejarah Malang Agung H. Buana menyatakan, sosok Imam Soedja'i bukanlah panglima perang sembarangan. Dia menjadi satu dari segelintir jenderal yang ada di Indonesia pasca-kemerdekaan Indonesia kala itu.
"KH. Masjkur inilah yang membentuk Hizbullah di Malang, bersama Mayjen Imam Soedja'i, dia adalah Panglima divisi Untung Suropati TKR yang membawahi Malang dan sekitarnya karasidenan, kombinasi antara Imam Soedja'i dan KH. Masjkur inilah yang akhirnya berangkat menuju Surabaya membantu perjuangan rakyat Surabaya pada peristiwa 10 November," kata Agung Buana kepada iNews.id, dikutip Rabu (9/11/2022).
Sebelum berjuang di Surabaya, kata Agung, Imam Soedja'i harus mengorbankan sebuah jabatan penting yang seharusnya bisa dia emban. Dia saat itu menerima surat telegram dari Presiden Soekarno pada September 1945 untuk menghadap ke Yogyakarta.
"Isi telegram itu untuk mengumpulkan panglima-panglima divisi. Jadi komandan-komandan TKR itu diminta untuk berkumpul di Jogja. Tujuannya untuk melakukan pemilihan panglima TKR," kata pria yang juga menjabat sebagai sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang ini.
Editor : Rizky Agustian
Artikel Terkait