Umar Syaroni, alumnus program studi Magister Media dan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga (UNAIR), penerima beasiswa LPDP Australia (Foto: Dok Narasumber)

Tak Gamang karena Dirundung

Umar mengakui dia banyak mengalami pengalaman buruk pada masa lalu. Dengan kondisi fisiknya, dia kerap dihina dan diremehkan. Bahkan, dia telat masuk Sekolah Dasar (SD) karena ditolak beberapa sekolah.

Bukan hanya itu, ketika hendak berkuliah pun banyak orang yang melarangnya karena mereka menganggap Umar tidak akan dapat menjadi apa-apa. Pengalaman buruk tersebutlah yang memotivasi ia hingga bisa berada di titik ini. Dengan gigih, Umar dapat mewujudkan mimpi-mimpinya dan membungkam semua orang yang pernah menghinanya. 

“Orang tua saya adalah pahlawan bagi saya hingga bisa menjadi seperti sekarang. Tanpa penerimaan mereka sejak saya bayi, mustahil saya bisa berada di titik ini. Begitu pula keluarga lainnya dan sahabat yang terus mendukung setiap langkah saya. Mereka yang selalu ada, termasuk di titik terendah saya. Tanpa dukungan mereka semua, tidak ada pencapaian positif yang saya raih,” katanya.

Umar merasa sangat bersyukur karena dia bisa menempuh studi sampai S3 dengan gratis melalui beasiswa LPDP. Terlahir dari keluarga sederhana membuatnya tidak pernah menyangka bisa mengenyam pendidikan sampai di Negeri Kanguru. Semua jerih payah dan pengorbanannya itu kini berbuah manis.

“Tahun 2022 jadi tahun tersibuk dan bersejarah. Persiapan studi S3 yang jauh lebih kompleks karena saat itu belum lulus S2, namun nekat mendaftar. Apalagi harus mencari supervisor yang sesuai dengan topik penelitian. Perjalanan panjang dengan mengirim email pada 30 lebih universitas mulai Juni, hingga akhirnya awal Juli diterima oleh Prof Gerard Goggin dan Prof Jen Smith-Merry. September lolos seleksi the University of Sydney dan November jadi kado ulang tahun terindah dengan lolos Beasiswa LPDP untuk kedua kalinya,” tuturnya. 

Rangkul Kaum Difabel

Pada akhir, Umar berpesan kepada rekan-rekan difabel untuk berani keluar dari zona nyaman dan membuktikan bahwa mereka dapat setara. Menurutnya, keadaan fisik dan mental setiap orang boleh berbeda, tetapi hak dan kewajiban setiap orang harus sama.

Dia juga mengajak kaum non-difabel untuk merangkul dan mendorong kaum difabel untuk maju bersama.

“Mari lihat dunia ini sebagai taman bunga yang penuh warna. Penyandang disabilitas merupakan bagian integral dari keberagaman Indonesia,” ucapnya.


Editor : Donald Karouw

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network