JAKARTA, iNews.id - Erupsi Gunung Semeru menyisakan duka mendalam bagi para warga terdampak. Selain kehilangan anggota keluarga karena meninggal dan harta benda, banyak pula warga menunggu kepastian terkait anggota keluarga mereka yang hilang.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Kamis (9/12/2021), jumlah korban meninggal dunia 43 orang yang bertambah dari hari sebelumnya 34 orang. Sementara jumlah korban yang hilang 13 orang.
Pak Nur adalah salah satu yang kehilangan anak saat Gunung Semeru meletus, Sabtu (4/12/2021). Hingga Rabu (9/12/2021) kemarin, dia belum mengetahui keberadaan anak kandungnya itu.
Kisah hidup Pak Nur ini diceritakan oleh salah seorang tim rescue yang biasa disapa Lahar Bara. Pria bernama lengkap Bakat Setiawan dan berasal dari Cepogo, Kabupaten Boyolali itu mengatakan, Pak Nur adalah salah seorang penunjuk jalan bagi tim rescue.
Lahar Bara yang pada November 2020 lalu sempat viral di media sosial karena mendekat ke mulut kawah Gunung Merapi saat berstatus siaga mengatakan, atas petunjuk Pak Nur, tim rescue pun berhasil menemukan lima korban pertama. Semuanya sudah dalam keadaan meninggal dunia.
"Pak Nur, begitulah beliau memperkenalkan diri. Beliau adalah warga lokal, salah seorang penunjuk jalan bagi tim rescue. Atas petunjuknya, tim pun berhasil menemukan lima korban pertama, yang semuanya sudah dalam keadaan meninggal dunia," katanya dikutip iNews.id dari akun Instagram Lahar Bara, Kamis (9/12/2021).
Pak Nur selalu bersemangat mendampingi tim rescue yang mencari para korban. Keterangannya sangat berarti sebagai petunjuk dalam upaya pencarian dan evakuasi para korban.
"Kesaksiannya adalah petunjuk yang sangat berharga bagi segenap tim yang bertugas," ujarnya.
Namun, tim rescue tidak menyangka, Pak Nur juga punya misi sendiri mendampingi mereka dalam pencarian para korban. Pria yang sudah tidak lagi muda itu masih mencari anak kandungnya yang hilang setelah erupsi Gunung Semeru. Tim rescue pun hanya bisa terdiam ketika mendengar kisah Pak Nur.
"Tapi siapa kira, kami semua seketika terdiam tatkala kami tahu bahwa Pak Nur bukan sekadar ingin mendampingi kami. Usut punya usut, rupanya ia pun sedang mencari seseorang yang dinyatakan hilang pascaerupsi besar kemarin. Seseorang yang sangat dekat baginya. Seseorang yang mungkin adalah motivasi hidupnya hingga hari ini," kata Lahar Bara.
"Ya, seseorang itu tidak lain adalah anak kandungnya sendiri, yang sampai hari ini belum berhasil ditemukan. Jangan tanya soal perasaan Pak Nur. Jelas lebih hancur daripada rumah warga yang tersapu awan panas," kata Lahar Bara.
Lahar Bara mengatakan, setiap tim rescue berhasil mengevakuasi dan mengumpulkan para korban yang telah meninggal, Pak Nur akan memandangi jenazah tersebut. Dia memeriksanya satu per satu untuk memastikan apakah ada buah hatinya di antara wajah-wajah yang tertutup debu vulkanis.
"Setelah sejumlah korban berhasil dikumpulkan, beliau kembali pandangi setiap jenazah satu per satu, siapa tahu ada wajah si anak di balik "bedak" vulkanik yang telah mengering itu," kata Lahar Bara.
Mata Pak Nur berkaca-kaca dan menunjukkan rasa takut mendalam jika dia akan menemukan anaknya di antara para jenazah.
"Rasa takut mendalam terpancar dari sorot matanya yang tampak berkaca-kaca. Begitu dalam. Sangat dalam. Sekali lagi, jangan coba tanya bagaimana perasaannya."
"Ah, tak terbayang. Terlebih jika wajah sang anak telah benar-benar tampak di hadapan. Entah harus senang atau berduka, ia tentu merasa bimbang. Hatinya pasti runtuh dan panas seperti guguran kubah lava," kata Lahar Bara.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait