Raden Ayu Srimulat bersama grup lawak Gema Malam Srimulat zaman dulu. (istimewa).

Dalam benak Teguh, seketika muncul gambaran Kota Surabaya di mana Srimulat pernah mendapat tawaran manggung di THR. Di mata Teguh, Surabaya merupakan kota besar yang ramai dan sibuk.

Baginya, sudah selayaknya Surabaya memiliki panggung hiburan yang bisa dinikmati secara tetap oleh warganya. Memang ada panggung ludruk, gambus, ketoprak, atau wayang orang. Namun semuanya bersifat sementara.

Pada 19 Mei 1961, pertama kalinya grup lawak Srimulat mengisi acara tetap di panggung pertunjukan THR Surabaya. Sebuah depot musik dan lawak telah berdiri di Surabaya.

Tak berlangsung lama, nama Gema Malam Srimulat diubah menjadi Srimulat Review, di mana musik masih menjadi sajian utama dan lawak hanya sebagai selingan.  

Di THR Surabaya, dalam perjalananya Srimulat Review berubah menjadi Srimulat dan lawak menjadi menu utama. Pada periode awal Srimulat, rombongan lawak digawangi oleh Johny Gudel, Raden Slamet, Edi Geyol, Hasilah, Kustini dan lain sebagainya.

Kemudian muncul nama Asmuni, Bambang Gentolet, Basuki, Bendot, Betet, Kadir, Tarzan, Tessy, Basuki, Mamiek Prakoso, Nunung, dan sebagainya. Pada 8 Agustus 1962, yakni jelang persiapan pentas perayaan kemerdekaan 17 Agustus 1962, Gedung THR Surabaya terbakar.

Meski tidak ada korban jiwa, insiden kebakaran itu telah meluluh lantakkan sebagian besar kekayaan grup Srimulat. Kekayaan yang diperoleh sebelum menetap di Surabaya. Dalam perjalanannya grup Srimulat kemudian pecah dengan sebagian personelnya lalu bermarkas di Jakarta.       

Teguh yang lahir 8 Agustus 1926 di Klaten, Jawa Tengah, meninggal dunia di Solo pada 22 September 1996. Sepeninggal Srimulat yang lebih dulu tutup usia, Teguh sempat menikah dengan Djujuk Djuariah.


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network