Bangkitnya PKI mendapat sambutan meriah dari berbagai daerah. Hingga akhir tahun 1945 cabang PKI telah berdiri di sejumlah daerah, di antaranya Madiun, Malang, Surabaya, Sukabumi, Cirebon, Solo dan Pekalongan.
Untuk menggerakkan mesin partai, PKI menerbitkan majalah Bintang Merah dengan oplah 3.000 eksemplar. Kemudian juga mendirikan Laskar Merah, di antaranya di Jombang, Madiun, Magetan, Purwokerto, Ambarawa, dan Yogyakarta.
Agenda politik pertama PKI pimpinan Mr Jusuf yakni mendesak pemerintahan Soekarno menggelar pemilihan umum secara langsung dan rahasia. Dalam buku Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan menyebut, pada waktu itu wilayah karesidenan Besuki (Tapal Kuda) merupakan basis kekuatan PKI.
“Besuki merupakan pusat kekuatan PKI”. Kepemimpinan Mr Jusuf di PKI tidak berlangsung lama. Ia ditangkap saat PKI berupaya melakukan putch di Cirebon. Aidit, Njoto yang pertama kali gabung di PKI cabang Besuki dan Lukman merupakan binaan Mr Jusuf atau Mister Gendeng.
Saat Aidit menjadi pimpinan PKI, ia memuji mister gendeng sebagai komunis yang baik, yang kepemimpinannya di PKI tidak perlu diragukan. “Jusuf was a good communist who was dubious about PKI policy during the August revolutions," katanya.
Sejarah politik Indonesia mencatat, pasca peristiwa G30S PKI, yakni 12 Maret 1966, PKI di bawah kepemimpinan DN Aidit dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait