Ki Kaniten kemudian dinaikkan di atas seekor kuda betina yang pincang tanpa pelana, dengan tambang tebal sebagai kekang, dan dikirimkan kembali kepada gustinya di Pasuruan, diantar oleh 40 prajurit numbak cemeng.
Di saat terluka itulah Bupati Kinten mengaku tak tahu bahwa yang dihadapi Panembahan Senopati. Bahkan dia berujar jika yang bertarung dengannya adalah Panembahan Senopati ia mengaku tidak berani, memilih kembali pulang, atau lebih baik mati. Perkataan itulah yang konon membuat Adipati Pasuruan marah.
Sang adipati segera memerintahkan agar Ki Kaniten dipenggal kepalanya, tetapi saat hendak dipenggal kapak pemenggal patah. Cairan timah segera dituangkan ke dalam tenggorokannya sehingga mati. Adipati kemudian memberi hadiah kepada 40 orang prajurit Senapati itu dan mengirimkan seorang utusan yang membawa upeti untuk Senapati sebagai tanda takluk dan penyerahan Kerajaan Pasuruan.
Panembahan Senopati yang gembira atas kabar itu kemudian berkata ke utusan tersebut, "Sampaikanlah bahwa saya segera kembali ke Mataram, dan bahwa gustimu tetap mengepalai daerahnya. Tetapi apabila ada perintah mengenai bupati-bupati Jawa Timur, hendaklah perintah itu dipatuhinya." Setelah itu Senopati kembali ke Kerajaan Mataram.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait