Apalagi, ujar Heri, selain di sekolah-sekolah, saat ini Pemkot Surabaya juga membuka rumah-rumah kreatif yang ada di Balai Pemuda. Termasuk pula menempatkan pelatih-pelatih di setiap kecamatan untuk memberikan pelatihan dasar Tari Remo kepada masyarakat.
"Akhirnya tahun ini kita sepakat untuk mencatatkan Rekor MURI (Tari Remo) unik, bukan berdasarkan jumlah. Saat pertama kita mendaftarkan (MURI) jumlah, ada masukan akhirnya kita sepakat di tempat uniknya. Mana uniknya? Yaitu jembatan dan tempat-tempat sejarah," ujarnya.
Untuk mengurangi mobilitas di pusat kegiatan Jembatan Suroboyo dan lokasi-lokasi bersejarah, teknis pelaksanaan Tari Remo Massal ini disebar ke masing-masing sekolah.
Guna mendukung kegiatan ini, Dispendik telah bekerja sama dengan para Kepala Sekolah. Sedangkan kehadiran Tim MURI mendapatkan support dari Bank Jatim.
"Karenanya untuk mengurangi mobilitas, mereka (peserta pelajar) tetap dikaryakan di sekolah-sekolah. Jadi tidak semuanya di taruh di titik-titik bersejarah, tapi juga di sekolah-sekolah," tutur Heri.
Editor : Agus Warsudi
Kota paling toleransi kota toleransi toleransi Sikap Toleransi tentang Toleransi toleransi beragama toleransi umat beragama toleransi antarumat beragama wali kota surabaya kota surabaya
Artikel Terkait