"E-rice ini tidak hanya digunakan sebagai deteksi penyakit. Lebih dari itu, kami juga akan menyediakan bantuan informasi dan berita mengenai pertanian," katanya.
Mahasiswa Informatika UMM ini mengatakan, dalam upaya mematangkan E-Rice Detector, timnya telah melakukan User Acceptance Test (UAT), yakni tahap uji coba aplikasi. Adapun aplikasi E-Rice Detector telah diuji coba di empat kabupaten, mulai dari Gresik ,Tulungagung, Lamongan, dan Nganjuk.
Dari hasil ujicoba ini terlihat masyarakat memberikan respon senang dan merasa terbantu adanya aplikasi E-Rice Detector. "Selain itu, kami juga telah melakukan uji coba blackbox untuk memastikan seluruh fitur bekerja sesuai dengan yang diinginkan," ujarnya.
Saat ini aplikasi di bawah bimbingan dosen Galih Wasis Wicaksono ini telah siap didaftarkan di play store setelah memakan waktu tiga bulan dalam proses perancangannya.
Terakhir, Ulfah dan kawan-kawan berharap aplikasi ini mampu menyelesaikan masalah kerugian pertanian karena penyakit. Selain itu dapat menjadi langkah baru revolusi industri di dunia pertanian.
"Perkembangan teknologi seharusnya bisa digunakan untuk membantu pertanian dan mempermudah informasi dari pemerintah kepada petani," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait