Bung Karno dan kisah cintanya dengan sang istri Haryarti yang terekam dalam surat cinta. (Foto: Instagram)

Yatie Adikku yang Ayu

Ini lho arloji bertahta emas itu. Biasakan memakainya. Nanti setelah sebulan, kamu akan tahu mana yang hendak dipilih: yang hitam, atau yang satunya, atau keduanya?Jadi, nanti sebulan lagi, bilanglah. (Kalau kamu suka keduanya, aku senang juga). Masa aku tidak senang, lha yang meminta saja wanita jantung hatiku!.

Jangankan sekedar arloji, minta apa pun akan aku beri.

Tie, surat-suratku ini tolong disimpan, ya! Supaya menjadi gambaran cintaku kepadamu, yang bisa dibaca-baca lagi, (kita baca bersama-sama), pada suatu saat nanti, kala aku mau pindah rumah ke dekat telaga biru yang kuceritakan ketika itu. Itu lho, telaga di atas, di atasnya angkasa.

Coba kaupejamkan matamu sekarang, maka kau akan bisa membayangkan telaga itu! Kalau di tepian telaga tadi tampak lelaki berjubah putih (bukan kain kafan lho...tetapi kain yang bersulamkan pancaran sinar matahari), ya itu aku-aku, menunggumu. Sebab dari perkiraanku, aku yang bakal mendahului pergi ke sana- aku menmendahuluimu!.

Lha itu, kembang kamboja di atas nisanku, petiklah kembang itu, ciumilah, maka kamu akan rasakan aroma tubuhku. Bukan aroma bunga, tetapi aroma yang tercipa dari rasa cintaku. Sebab, akar kamboja itumenusuk menembus dadaku, di dalam kuburan sana. (Masmu, Soekarno).  

Saat surat dilayangkan dan dibaca, Haryati sedang tinggal di Jalan Madiun, Menteng Jakarta Pusat. Haryati merupakan istri keenam Bung Karno. Sayang, pernikahan itu tak berjalan langgeng. Pada tahun 1966, Bung Karno dan Haryati memutuskan untuk bercerai.


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network