SURABAYA, iNews.id - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah memakan banyak korban jiwa setiap hari. Hal itu membuat para petugas makam, khususnya satuan tugas (satgas) pemakaman Covid-19 harus bekerja ekstra, seperti para petugas di Krematorium Keputih, Surabaya.
Selama pandemi Covid-19, tempat pengabuan jenazah pertama yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ini tidak pernah berhenti beroperasi. Sudah ratusan jenazah korban Covid-19 dikremasi di tempat ini, tentunya atas permintaan keluarga.
Koordinator Lapangan Krematorium Keputih Surabaya, Eko Pramono, mengatakan di Krematorium Keputih hanya ada lima orang petugas lapangan yang sudah terlatih. Mereka memiliki peran masing-masing. Satu orang bertugas sebagai operator mesin dan empat lainnya bertugas mengangkat peti jenazah.
"Dari awal Covid-19 kita tidak sempat libur, karena sewaktu-waktu dari rumah sakit dikirimi jenazah," kata Eko, Sabtu (30/1/2021).
Dengan jumlah personel yang terbatas dan sering ada permintaan kremasi tengah malam hingga pagi hari, maka para petugas ini pun harus rela tidur di lokasi dekat pembakaran jenazah. Setidaknya, dalam waktu 24 jam, rata-rata ada lima hingga tujuh jenazah yang harus dikremasi.
"Bagi petugas di sini, jam kerja adalah haknya untuk bekerja dan mendapat gaji. Namun jika tugas malam, mereka bilang ke saya untuk amalnya," ujarnya.
Eko menjelaskan, Krematorium Keputih saat ini memiliki tiga tungku pembakaran. Jika ketiganya sudah penuh, maka proses kremasi sudah selesai. Sebelum Covid-19, kata dia, jadwal kremasi teratur yakni setiap pagi pukul 08.00 WIB, siang pukul 10.00 WIB dan pukul 13.00 WIB.
"Kalau Covid kan mendadak, jadi kita bongkar yang kremasi tadi pagi, malamnya dipakai lagi sudah bisa," ucapnya.
Dia menegaskan, ritual kremasi berbeda dengan pemakaman pada umumnya. Kremasi membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga baik keluarga maupun rumah sakit harus berkoordinasi terlebih dahulu sebelum mengirim jenazah.
"Proses pembakaran jenazah ditempat ini memang hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan suhu di atas 2.000 derajat. Hanya saja untuk proses pengambilan tulang dan abu pascapembakaran dari tungku harus menunggu hingga dingin. Jika jenazah dibakar sore, maka baru bisa diambil pagi harinya," katanya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait