Nantinya tim gabungan ini juga akan memperkuat rekomendasi dari yang disampaikan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), sebagaimana telah dikoordinasikan sebelumnya dengan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko dan pimpinan dewan. Di sini tim juga bakal memetakan apakah lokasi lahan ini masuk kategori, yang boleh dimanfaatkan untuk pendirian bangunan atau lahan pertanian.
"Memberikan rekomendasi terkait RTRW jadi nanti kira - kira daerah yang hari ini apakah di jalur hijau, kuning, atau bagaimana itu kita nggak tahu. RT RW kita baru dan baru di Kementerian ATR, dan sebentar lagi ada rekomendasi," katanya.
Khusus untuk alih fungsi lahan menjadi pertanian, diakui Punjul ada beberapa lahan pertanian di kemiringan, yang belum menerapkan sistem terasering. Hal ini juga menjadikan tugas tim untuk menyosialisasikan kembali pentingnya fungsi terasering dan penanaman pohon yang dapat menyerap air.
"Jadi untuk tanah kita kemiringannya ada yang 90 persen, ada yang 80 persen, 45 persen itu dinas pertanian sudah menyosialisasikan untuk terasering itu, semestinya sudah. Oleh sebab itu saat rapat bersama (tanggap darurat bencana banjir bandang) pak Kapolda dan Kasdam. Bu wali sudah menyampaikan mohon bapak - bapak bersma - sama menyosialisasikan ke masyarakat terasering," ujarnya.
Namun Punjul berdalih bahwa penyebab utama banjir bandang yang terjadi adalah karena curah hujan yang terjadi pada Kamis siang hingga sore di kawasan hulu cukup tinggi. Apalagi ini seiring dengan adanya fenomena La Nina yang dilaporkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Curah hujan tidak semestinya yang ada di Kota Batu, ini tidak sederas disyaratkan di BMKG seperti itu, tapi ada hal lain yang fenomena La Nina yang harus diperhatikan," katanya.
"Kemarin itu banjirnya tidak melalui itu yang kita tidak perkirakan semacam itu, kalau banjir pasti ada sumbatan - sumbatan di sungai, pasti ada meluap tetapi tidak sebesar pada saat kemarin," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait