Bahasa Madura
Seperti halnya bahasa Jawa, bahasa Madura dituturkan oleh masyarakan Madura. Awalnya, bahasa ini hanya dituturkan oleh masyarakat yang mendiami Pulau Madura. Namun, seiring perkembangan zaman, bahasa Madura di Jawa Timur juga dipakai oleh mayoritas masyarakat di wilayah Tapal Kuda, yakni Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember hingga Lumajang dan Banyuwangi.
Ekspansi bahasa ini juga terjadi karena banyak masyarakat Madura yang mendiami daerah tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kawin campur, perantau atau nelayan yang singgah dan akhirnya menetap.
Bahasa Madura juga memiliki ragam dialek dan tingkatan, yakni bahasa Madura kasar, bahasa tengahan dan bahasa halus. Untuk kata iya, misalnya, pada bahasa Madura kasar disebut enja, sementara untuk bagasa tengahan disebut engghi-enten dan bahasa halus enggi-bunten.
Berdasarkan catatan, bahasa madura kasar umumnya dipakai masyarakat Madura di wilayah Bangkalan dan Sampang, bahasa tengahan diucapkan oleh masyarakat Pamekasan dan bahasa halus dipakai masyarakat Sumenep. Bahasa dialek Sumenep ini pula yang dijadikan materi pembelajaran bahasa Madura di sekolah.
Bahasa Kangean dituturkan oleh suku Kangean yang berasal dari Pulau Kangean. Bahasa ini merupakan bahasa yang umumnya dituturkan di wilayah Kepulauan Kangean yang mana bahasa ini memiliki elemen linguistik campuran yang berasal dari bahasa-bahasa lain seperti bahasa Bajo, Bugis, Makassar, Banjar, Jawa, Bali, Mandar dan sebagainya yang menjadikan bahasa ini memiliki keunikan yang khas di Provinsi Jawa Timur.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita, dan gelar wicara, misalnya JTV memiliki program berita menggunakan dialek Surabaya, bahasa Madura, dan bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Jawa Tengahan.
Bahasa Bajo
 
Bahasa bajo di Jawa Timur ini hanya dituturkan oleh masyarakat yang mendiami Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep. Bahasa ini tidak sama dengan bahasa Bajo di Sulawesi. Sebab, sudah bercampur dengan bahasa dan dialek Madura. 
Di luar itu, sebenarnya masih ada bahasa Kangean, yakni bahasa yang hanya digunakan oleh masyarakat di Pulau Kangean. Bahasa ini memiliki elemen linguistik campuran yang berasal dari bahasa-bahasa lain seperti bahasa Bajo, Bugis, Makassar, Banjar, Jawa, Bali, Mandar. Karenanya bahasa ini memiliki keunikan yang khas di Provinsi Jawa Timur.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait