SURABAYA, iNews.id - Bahasa daerah Jawa Timur (Jatim) cukup beragam, sebagaimana suku yang berada di provinsi paling timur di Pulau Jawa ini. Berdasarkan hasil penelitian Balai Bahasa Jatim, ada tiga bahasa yang mendominasi, yakni bahasa Jawa, Madura dan Bajo.
Bahasa Jawa
Dari tiga bahasa daerah itu, dua di antaranya memilki dialek cukup beragam. Untuk bahasa Jawa misalnya, ada bahasa Jawa dialek Suroboyoan, bahasa Jawa dialek Malangan serta bahasa Jawa dialek Mataraman. Sedangkan untuk bahasa Madura, ada dialek Sumenep yang terkenal paling halus serta dialek Bangkalan yang terkenal kasar.
Seperti namanya, bahasa Jawa di Jawa Timur dituturkan oleh oleh orang-orang dari suku Jawa. Namun, bahasa ini digunakan untuk bahasa sehari-hari, bukan untuk acara formal, kecuali untuk bahasa Jawa halus atau kromo yang terkadang dipakai untuk kegiatan resmi seperti resepsi pernikahan adat Jawa atau pengajian.
Berdasasarkan catatan Wikipedia, ciri khas bahasa Jawa Timuran yakni egaliter, terus terang, dan cenderung tidak bersifat normatif layaknya bahasa Jawa baku yang umumnya dituturkan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Meski begitu, penutur rumpun bahasa ini dikenal cukup fanatik, seperti halnya bahasa Jawa dialek Malang. Penutur bahasa dialek Malang ini menggunakan prokem bahasa walikan (bahasa terbalik), misalnya kata makan yang diubah menjadi nakam, atau budal (berangkat) yang dibalik menjadi ladub.
Ciri bahasa terbalik ini pula yang menjadikan bahasa Jawa Malangan terihat berbeda sendiri dengan bahasa daerah Jawa Timur lainnya. Meski begitu tidak semua kata diucapkan terbalik, hanya bebeberapa kata tertentu saja.
Berdasarkan penelitian Sugeng Pujileksono (2007), kosakata bahasa Walikan Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata, mulai dari kata benda, kata kerja, kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap dari bahasa Jawa, Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab, Tionghoa, dan Inggris.
Beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom, dan polisi diucapkan silup. Selain kata moleh (pulang) yang diucapkan helom dan Malang yang diucapkan Ngalam.
Informasi yang dihimpun, bahasa walikan Malang muncul sejak zaman penjajah Belanda. Bahasa itu digunakan dengan tujuan untuk mengelabuhi musuh, yakni agar pesan rahasia pejuang Indonesia tidak diketahui Belanda.
Bahasa Madura
Seperti halnya bahasa Jawa, bahasa Madura dituturkan oleh masyarakan Madura. Awalnya, bahasa ini hanya dituturkan oleh masyarakat yang mendiami Pulau Madura. Namun, seiring perkembangan zaman, bahasa Madura di Jawa Timur juga dipakai oleh mayoritas masyarakat di wilayah Tapal Kuda, yakni Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember hingga Lumajang dan Banyuwangi.
Ekspansi bahasa ini juga terjadi karena banyak masyarakat Madura yang mendiami daerah tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kawin campur, perantau atau nelayan yang singgah dan akhirnya menetap.
Bahasa Madura juga memiliki ragam dialek dan tingkatan, yakni bahasa Madura kasar, bahasa tengahan dan bahasa halus. Untuk kata iya, misalnya, pada bahasa Madura kasar disebut enja, sementara untuk bagasa tengahan disebut engghi-enten dan bahasa halus enggi-bunten.
Berdasarkan catatan, bahasa madura kasar umumnya dipakai masyarakat Madura di wilayah Bangkalan dan Sampang, bahasa tengahan diucapkan oleh masyarakat Pamekasan dan bahasa halus dipakai masyarakat Sumenep. Bahasa dialek Sumenep ini pula yang dijadikan materi pembelajaran bahasa Madura di sekolah.
Bahasa Kangean dituturkan oleh suku Kangean yang berasal dari Pulau Kangean. Bahasa ini merupakan bahasa yang umumnya dituturkan di wilayah Kepulauan Kangean yang mana bahasa ini memiliki elemen linguistik campuran yang berasal dari bahasa-bahasa lain seperti bahasa Bajo, Bugis, Makassar, Banjar, Jawa, Bali, Mandar dan sebagainya yang menjadikan bahasa ini memiliki keunikan yang khas di Provinsi Jawa Timur.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita, dan gelar wicara, misalnya JTV memiliki program berita menggunakan dialek Surabaya, bahasa Madura, dan bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Jawa Tengahan.
Bahasa Bajo
Bahasa bajo di Jawa Timur ini hanya dituturkan oleh masyarakat yang mendiami Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep. Bahasa ini tidak sama dengan bahasa Bajo di Sulawesi. Sebab, sudah bercampur dengan bahasa dan dialek Madura.
Di luar itu, sebenarnya masih ada bahasa Kangean, yakni bahasa yang hanya digunakan oleh masyarakat di Pulau Kangean. Bahasa ini memiliki elemen linguistik campuran yang berasal dari bahasa-bahasa lain seperti bahasa Bajo, Bugis, Makassar, Banjar, Jawa, Bali, Mandar. Karenanya bahasa ini memiliki keunikan yang khas di Provinsi Jawa Timur.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait