Piter merupakan pemuda kelahiran Arakan (Myanmar). Ayahnya seorang koopman atau pedagang Belanda yang menikahi perempuan pribumi.
Sara terpesona dengan ketampanan Piter Jacobszoon yang dia temui setiap hari. Sejoli itu lantas lupa daratan.
Pada suatu malam, keduanya tepergok sedang memadu kasih di dalam kastil tempat Coen berada. Kabar skandal seks itu sontak menyebar luas.
Coen diketahui seorang puritan. Dia memegang erat ajaran calvinis. Peristiwa yang memalukan itu seakan telah menampar mukanya. Baginya pelaku pelanggaran seksual harus dihukum berat.
“Karena selama ini dia ingin memberikan teladan yang baik dan berupaya memerangi sifat-sifat buruk hamba kompeni bermoral bejat," demikian tertulis dalam buku itu.
Pada 6 Juni 1629, hukuman berat dijatuhkan. Istri Coen, Eva Ment, dan dewan gereja sudah berusaha membujuk untuk membatalkan hukuman. Namun rayuan itu tak diindahkan Coen.
Piter Jacobszoon dihukum pancung. Sebelum dipenggal, wajah tampan Pieter, terutama hidung, oleh algojo dicoreng arang sebagai tanda pelaku pencabulan.
Saat kepala yang terputus itu menggelinding di atas tanah, warga menyaksikan bagian hidung mayat yang belang oleh coretan arang. Warga pun menyebut kepala itu dengan sebutan 'Si Hidung Belang'.
Editor : Rizky Agustian
Artikel Terkait