Candi Tikus, salah satu destinasi wisata sejarah di Kabupaten Mojokerto.(foto: iNews.id/Sindonews)

JAKARTA, iNews.id- 7 peninggalan Kerajaan Majapahit ini menjadi bukti keberadaan kerajaan tersebut di wilayah Nusantara. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha terakhir di Nusantara yang berkuasa sekitar tahun 1293-1500 M.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari penguasa terakhir Kerajaan Singasari bernama Raja Kertanegara.
Dalam buku Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kekayaan di Luar Kota (2012), Inajati Adrisijanti mengungkapkan, Raden Wijaya memulai Majapahit dari sebuah hutan di dekat Sungai Brantas, Jawa Timur.

Masa kejayaan Kerajaan Majapahit mencapai pucaknya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389 M) dengan Gajah Mada sebagai patihnya.
Kerajaan Majapahit memiliki cakupan wilayah kekuasaan yang cukup luas. 

Menurut Kakawin Negarakertagama, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura), dan sebagian Kepulauan Filipina.

Kerajaan ini juga memiliki banyak peninggalan berupa candi, prasasti hingga karya sastra yang menjadi bukti sejarah dan eksistensinya.

Berikut ini 7 peninggalan Kerajaan Majapahit yang harus kamu tahu.

1. Candi Tikus

Candi Tikus terletak di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Dinamakan Candi Tikus karena konon pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.

Dikarenakan bangunannya yang berbentuk seperti prtirtaan, maka banyak yang menduga bahwa tempat ini dulunya berfungsi sebagai tempat pemandian bagi keluarga kerajaan.

2. Candi Cetho


Tak hanya di wilayah Jawa Timur, peninggalan Kerajaan Majapahit juga ditemukan di Jawa Tengah.
Candi Cetho terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar.
Dikutip dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id, Situs Candi Cetho dibangun sekitar tahun 1451-1470 pada zaman Kerajaan Majapahit ketika pengaruh Hindu di Jawa mulai pudar dan unsur Indonesia asli dari tradisi prasejarah mulai hidup lagi.

Diperkirakan pada masa itu, Kerajaan Majapahit sedang mengalami proses keruntuhan dengan memuncaknya kekacauan sosial, politik, budaya dan bahkan tata keagamaan sebelum akhirnya mengalami keruntuhan total pada tahun 1519 M.

Tujuan didirikannya candi ini adalah sebagai situs suci yang berhubungan dengan penghormatan pada arwah-arwah leluhur.
Kemudian pada paruh pertama abad ke-15 iubah menjadi sebuah monumen yang mengandung unsur-unsur dari kebudayaan Hindu-Jawa dengan karakter lokal dengan sarana pembebasan arwah leluhur dari semua ikatan duniawi.

3. Candi Sukuh

Lokasi candi ini berdekatan dengan Candi Cetho, tepatnya di  Candi Sukuh pertama kali ditemukan pada 1815 oleh Johnson pada masa kepemimpinan Jenderal Raffles.

Kemudian pada 1845, Situs Candi Sukuh diteliti oleh Van de Vlis yang memunculkan berbagai tafsiran mengenai makna Situs Candi Sukuh, di antaranya candi para pertapa yang erat kaitannya dengan tokoh Bhima sebagai penghubung antara manusia dengan Siwa.

Situs Candi Sukuh ini juga diperkirakan dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit yakni pada masa pemerintahan Ratu Suhita (1429-1446).

4. Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang berupa karya sastra.

Kitab Negarakertagama ditulis oleh Mpu Prapanca yang olehnya kitab ini disebut sebagai Desawarnana yang berarti tulisan tentang daerah Majapahit.

Dari segi maknanya, Negarakertagama berarti kisah pembangunan negara. 
Kitab ini berisi kisah keagungan Prabu Hayam Wuruk khususnya dan keagungan kerajaan Majapahit pada umumnya.

Kitab Negarakertagama ini terdiri atas lima bagian. Bagian pertama ditemukan di Antapura, Lombok. Bagian kedua yang ditemukan di Bali berjudul Desawarnana. Sementara bagian ketiga hingga kelima masing-masing ditemukan di Karang Asem, Klungkung dan Geria.

5. Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma ditulis dalam bahasa Jawa kuno oleh Mpu tantular pada masa keemasan Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk. 
Kitab Sutasoma bercerita mengenai Pangeran Sutasoma. 

Di dalamnya juga mengajarkan toleransi beragama, khususnya antara Hindu dan Buddha. Kitab inilah yang menjadi sumber inspirasi dirumuskannya semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika.


Editor : Komaruddin Bagja

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network