Warga Keluhkan Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram di Tulungagung

TULUNGAGUNG, iNews.id – Kelangkaan gas elpiji tiga kilogram mulai terjadi di Tulungagung, Jawa Timur. Sejumlah warga pun mulai mengeluhkan sulitnya mendapatkan elpiji bersubsidi itu. Akibatnya, harga gas elpiji tiga kilogram di sana naik hingga Rp23.000 per tabung, jauh dari HET (harga eceran tertinggi) yang ditetapkan pemerintah.
"Sulit dapat gas elpiji sekarang. Tadi sudah ke beberapa pengecer juga pangkalan (gas elpiji) namun habis semua," kata Wiwit, warga perumahan Jepun, Tulungagung, Selasa (8/5/2018).
Selain langka, harga gas yang ada biasanya melambung tinggi. Harga eceran tertinggi elpiji bersubsidi harusnya hanya Rp16.000 per tabung. Namun saat ini harga elpiji bersubsidi di pengecer sudah tembus Rp23.000 per tabung. "Sebenarnya berat. Tapi daripada tidak dapat, ya tetap diambil," katanya.
Sejumlah pengecer dan pangkalan mengaku suplai atau jatah kiriman mereka tetap. Namun barang cepat habis. Fenomena kelangkaan terjadi sejak dua pekan terakhir, sehingga terus berantai karena kebutuhan warga akan gas elpiji tetap atau bahkan meningkat. "Sudah habis sejak kemarin. Sore nanti jadwalnya pasokan datang," kata Sugeng, pengecer elpiji di lingkungan Kepatihan, Tulungagung.
Sementara itu, salah satu pemilik pangkalan di kota Tulungagung, Safaat mengaku, kelangkaan dipicu oleh berkurangnya pasokan dari agen elpiji. Tempat usahanya biasanya mendapat pasokan 200 tabung dalam sepekan yang dibagi dalam dua pengiriman, namun kini tinggal dijatah 100 tabung di satu pengiriman.
"Jatah 100 tabung ini selalu habis dalam sehari. Lima hari sisanya kosong menunggu pasokan lanjutan," kata Safaat.
Dikonfirmasi terpisah, Manajer PT Manggala Jaya, salah satu agensi elpiji tiga kilogram, Palupi Rahayu mengatakan, tidak ada pengurangan suplai elpiji subsidi ke pangkalan-pangkalan di wilayah Tulungagung dan sekitarnya.
"Suplai tetap sesuai kuota yang diberikan. Mungkin kebutuhan yang akhir-akhir ini meningkat sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan di lapangan," kata Palupi.
Editor: Himas Puspito Putra