Viral Bocah SD dan TK di Madura Tunangan, Ini Kata Ketua PWNU Jatim
SURABAYA, iNews.id - Video pesta pertunangan dua bocah SD dan TK yang digelar bak orang dewasa di Kabupaten Sumenep, jawa Timur, viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, tampak bocah SD berinisial AL bersanding dengan bocah perempuan berinisial PI yang masih TK. Kedua bocah bau kencur itu mengenakan busana pengantin lengkap dan diringi musik tradisional khas daerah setempat.
Acara tersebut berlangsung pada 6 November 2025 di Pulau Gili Iyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep. Pesta pertunangan kedua bocah itu sontak membuat heboh netizen.
Menyikapi fenomena pertunangan bocah tersebut, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau akrab disapa Gus Kikin menilai fenomena pertunangan dan perjodohan anak-anak yang masih sangat kecil di Madura sebagai bentuk komitmen antar dua keluarga agar ke depannya anak-anak tersebut dapat bersatu dan menikah.
Menurutnya, perjodohan awal ini diperbolehkan dalam kerangka komitmen keluarga. Namun, ia menekankan bahwa praktik tersebut harus memiliki batasan yang sesuai dengan Syariat Islam.
"Perjodohan diperbolehkan sebagai bentuk komitmen antara dua keluarga. Namun yang paling penting adalah usia pernikahan nanti kalau sudah dewasa dan cukup umur," Gus Kikin ditemui di Kampus UINSA, Kamis (13/11/2025).
Mohammad Alwi, orang tua dari bocah perempuan, menjelaskan bahwa pesta pertunangan anak-anak tersebut merupakan bagian dari tradisi lama masyarakat Gili Iyang.
Menurutnya, anak-anak yang telah berusia di atas lima tahun biasanya sudah ditunangkan dalam sebuah acara adat yang disebut bebekalan dalam bahasa Madura.
“Acara kemarin cukup meriah dan alhamdulillah berjalan lancar. Memang sempat viral dan mendapat berbagai tanggapan dari netizen. Ada yang menyebut kami primitif, padahal ini adalah tradisi yang sudah lama dilakukan di Gili Iyang,” ujar Alwi, yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Bancamara, Kecamatan Dungkek.
Dia menjelaskan, konsep acara pertunangan kali ini tergolong istimewa karena mengusung tema besanan, yakni kedua keluarga mengenakan pakaian seragam dan mengantar kedua anak ke rumah pihak perempuan.
Menurutnya, acara seperti ini biasa disebut gawe, karje atau gabay dalam tradisi lokal. Dia berharap masyarakat luar tidak salah menafsirkan tradisi tersebut karena bagi warga Gili Iyang, pertunangan anak sejak dini merupakan bagian dari warisan budaya yang dijaga turun-temurun.
Editor: Kastolani Marzuki