Tragedi Berdarah di Kerajaan Demak, Pewaris Tahta Tewas Dibunuh usai Salat Jumat

MALANG, iNews.id - Kerajaan Islam Demak tak luput dari intrik dan perang saudara. Tragedi berdarah bahkan pernah menyelimuti kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa ini.
Tepat usai salat Jumat, pewaris tahta Kerajaan Demak, Raden Kikin, ditikam oleh utusan Raden Mukmin, ayah Sultan Trenggana, hingga tewas. Tragedi berdarah ini pula yang menjadi awal perang saudara di Kerajaan Islam Demak.
Dikisahkan dalam buku Hitam Putih Raja-Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita karya Sri Wintala Achmad, dijelaskan Demak saat itu dikuasai Arya Penangsang.
Saat itu Arya Penangsang berhasil merebut kekuasaan Kerajaan Demak setelah berhasil membunuh Sunan Prawata melalui utusannya yakni Rangkut. Setelah itu Arya Penangsang juga sempat berselisih dengan Raden Mukmin, hingga memunculkan pertikaian antara Pajang dan Jipang. Kisruh tersebut bermula sejak Sultan Trenggana akan naik tahta sebagai sultan Demak.
Pada masa itu Raden Mukmin yang menghendaki ayahnya sebagai sultan Demak, memerintahkan Ki Surayata untuk membunuh Raden Kikin, ayah Arya Penangsang. Tujuannya, agar Raden Kikin, pesaing Sultan Trenggana, tidak menjadi raja.
Pada saat pulang salat Jumat, Raden Kikin yang baru sampai di jembatan dekat Masjid Demak ditikam oleh Ki Surayata hingga tewas. Oleh utusan Raden Mukmin, mayat Raden Kikin pun dibuang ke sungai. Kelak, Raden Kikin dikenal dengan Pangeran Seda Lepen, atau pangeran yang meninggal di sungai.
Akibat pembunuhan berencana itu, Arya Penangsang yang saat itu Adipati Jipang mengetahui siapa pembunuh ayahnya dari Sunan Kudus berniat membalas dendam. Arya Penangsang mencoba membalas dendam kepada Raden Mukmin yang telah membunuh ayahnya.
Arya Penangsang akhirnya mengutus Rangkut atau Perjineman untuk membunuh Raden Mukmin, Sultan Demak yang bergelar Sunan Prawata. Sebutan Sunan Prawata lantaran pusat pemerintahan Demak saat itu bukan lagi di Demak Bintara, melainkan di Gunung Prawata.
Berbekal keris Kiai Betok yang diberikan oleh Arya Penangsang, Rangkut pergi ke Gunung Prawata. Setiba di tujuan, Rangkut memasuki ruang peraduan Sunan Prawata. Saat itulah dia menikam keris Kiai Betok ke tubuh Sunan Prawata yang tengah tertidur pulas. Keris itu pun juga membunuh sang istri yang juga tengah tertidur pulas.
Namun. sebelum menghembuskan napas terakhir bersama sang istri, Sunan Prawata sempat memberikan perlawanan dengan keris Kiai Betok itu. Dia menarik keris itu dari tubuhnya dan menghujamkan kembali ke tubuh Rangkut. Alhasil suruhan Arya Penangsang pun turut tewas bersamaan tewasnya Sunan Prawata dan istrinya.
Editor: Ihya Ulumuddin