Terdampak Abu Gunung Agung, Bandara di Jember dan Banyuwangi Ditutup

JAKARTA, iNews.id – Tak hanya operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali yang ditutup sementara (closed aerodrome) akibat terdampak erupsi Gunung Agung. Bandara Blimbing Sari di Banyuwangi dan Bandara Notohadinegoro di Jember, Jawa Timur (Jatim) juga ditutup pada Jumat (29/6/2018) hingga pukul 17.00 WIB.
Penutupan ini sesuai notam nomor C6838/18 untuk Bandara Blimbing Sari dan nomor C6839/18 untuk Bandara Noto Hadinegoro. Dampak abu yang mengarah ke Jember dan Banyuwangi itu sudah diprediksi Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Hal itu karena embusan angin yang membawa abu vulkanik Gunung Agung mengarah ke barat daya.
“Iya, jadi bandara di Jember dan Banyuwangi juga telah ditutup sementara karena paparan abu Gunung Agung,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar, saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (29/6/2018).
Dia mengatakan, erupsi pertama terjadi sejak Rabu (27/6/2018) pukul 22:00 wita, yang membuka rekahan di dasar kawah menjadi lebih besar. Rekahan itu menjadi jalan terjadinya erupsi secara menerus hingga pukul Kamis (28/6/2018) pukul 12:00 wita.
"Tapi sejak dini hari tadi, frekuensi dan amplitudonya menurun. Walau frekuensi gempa menurun abu erupsi masih melayang-layang di udara sehingga mengganggu gangguan penerbangan dalam beberapa jam terakhir,” ujarnya.
Pantauan iNews di wilayah Jember, sejak pagi hingga siang kondisi cuaca di Jember terlihat mendung dan sedikit gelap. Beberapa warga terutama pengguna kendaraan roda dua terlihat gunakan masker sebagai antisipasi paparan abu masuk ke tubuh melalui mulut yang bisa menganggu kesehatan.
Berdasarkan analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam Level III (Siaga). Badan Geologi melalu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan terus memonitor aktivitas Gunung Agung untuk mengevaluasi potensi ancaman bahaya erupsi antar waktu. Jika terjadi perubahan yang signifikan maka status aktivitas Gunung Agung atau pun rekomendasinya dapat dievaluasi kembali.
Editor: Donald Karouw