get app
inews
Aa Text
Read Next : Resmikan Masjid dan Gereja di Lebak, Menag: Jadikan Banten Contoh Wilayah Toleran

Sejarah Kelenteng Eng An Kiong Malang, Tempat Ibadah dan Pusat Interaksi Pribumi-Tionghoa

Minggu, 22 Januari 2023 - 10:21:00 WIB
Sejarah Kelenteng Eng An Kiong Malang, Tempat Ibadah dan Pusat Interaksi Pribumi-Tionghoa
Kelenteng Eng An Kiong Malang tampak dari depan. (Avirista Midaada).

MALANG, iNews.id - Usia Kelenteng Eng An Kiong Malang hampir dua abad atau 200 tahun. Namun, tempat ibadah penganut Konghucu itu masih kokoh hingga saat ini. 

Bangunan yang penuh dengan ornamen berwarna merah ini juga masih masih aktif dan menjadi pusat berkumpulnya masyarakat Tionghoa. Selain sebagai tempat ibadah, Kelenteng Eng An Kiong juga menjadi bagian dari interaksi antara kaum Tionghoa dengan warga pribumi di zamannya hingga sekarang.

Pengelola Uayasan Klenteng Eng An Kiong Rudi Phan Ketua menuturkan, Kelenteng Eng An Kiong telah memiliki usia sekitar 2 abad atau 200 tahun lebih, mengingat klenteng ini dibangun pada 1825. Awalnya klenteng hanya dibangun sederhana dengan komposisi kayu secara sederhana. 

"Berdiri tahun 1825, hampir 200 tahun, dua abad hampir dulu bangsa China ini ke sini sudah ratusan tahun, di Jawa Tengah kelentengnya sudah 600 tahun Kelenteng Sam Po Kong," ucap Rudi Phan. 

Para kaum Tionghoa itu lantas bermukim dan membuat bangunan kelenteng yang kini berada di Jalan Laksda Adi Martadinata, Kota Malang. Namun kini kawasan permukiman Pecinan ini sudah berbaur dengan etnis lain, baik etnis Arab dan pribumi lainnya.

"Kalau dulu orang China kan satu center (terpusat) orang dari mulut ke mulut di mana di Kota Malang. Mereka mendirikan satu komunitas di daerah Pecinan ini. Sekarang sudah campur baur, ada orang Arabnya, orang Indonesia, dulu tahun 50an murni orang China semua," katanya. 

Pendatang dari China ini mengarungi sSamudra hingga tiba di beberapa kota di Pulau Jawa mulai dari Semarang, Tuban, dan Surabaya. Sisanya sebagian menuju Malang dan membuat perkumpulan serta bermukim di Malang. Tak heran secara keterikatan sejarah dan budaya perkembangan kaum Tionghoa di Malang dengan Jawa Tengah.

"Sejak datang bawa (keluarga) dan peranak pinak di sini. Mereka berdagang, dulu naik perahu ratusan tahun lalu, laut masih tenang, nggak ada polusi nggak ada apa-apa, jadi berani dan menempati di pesisir pantai, Semarang, Surabaya, Tuban, sampai sini juga," tuturnya.

Menurutnya, para pendatang dari negeri China mayoritas berdagang sehingga mereka lantas mendirikan sebuah perkumpulan di Malang dan tentu juga mendirikan tempat ibadah berupa klenteng ini. Jadi dapat dikatakan Rudi, antara kedatangan orang Tionghoa di Malang dengan pendirian klenteng nyaris sama.

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut