Ratu Shima, Perempuan Pertama yang Jadi Pemimpin di Tanah Jawa
Tetapi bila ditelusuri merunut tempat kelahirannya, yaitu di sekitar Sungai Musi Banyuasin, maka diperkirakan bahwa Ratu Jay Shima merupakan putri pendeta yang tinggal di wilayah Melayu Sribuja (Palembang).
Saat usia 16 tahun tepatnya pada tahun 628, Ratu Jay Shima dilamar oleh seorang putra raja dari Jawa, yang pusat pemerintahannya berada di wilayah Adi Hyang atau Dieng.
Nama pangeran yang melamarnya adalah Kartikeyasingha. Sesudah menikah dengan Kartikeyasingha yang masih keponakan Raja Melayu Sribuja (Palembang), Ratu Jay Shima diboyong ke Adi Hyang. Di sinilah Ratu Shima menjadi pemeluk agama Hindu Siwa yang sangat taat.

Pernikahan Ratu Shima dengan Kartikeyasingha menimbulkan benih cinta yang dikandung Ratu Shima. Konon saat mengandung anaknya inilah Ratu Shima ngidam untuk mencicipi buah kecapi. Setelah mencari setengah hari, Ratu Shima dan para pasukan pengawalnya baru menemukannya. Ratu Shima segera turun dari tandu dan memetiknya.
Shima pun melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan bernama Parwati. Beberapa tahun kemudian sang ratu ini melahirkan Narayana atau Iswara. Kelak Parwati ini menikah dengan Jalantara atau Rahryang Mandiminyak, putra mahkota dari Kerajaan Galuh purba.
Perkawinan Parwati dan Rahryang Mandiminyak melahirkan Sannaha, ibu Sanjaya. Sementara dari Iswara, kelak melahirkan Dewasinga ayah dari Sudiwara. Karena Sanjaya dan Sudiwara menikah, hingga melahirkan Rakai Panangkaran, sang raja Mataram Kuno. Dari sinilah darah keturunan Ratu Shima dan Kartikeyasingha kembali bersatu.
Perihal naiknya Shima menjadi penguasa terjadi setelah sang suami Kartikeyasingha meninggal dunia pada 674. Sementara anaknya Parwati dan Narayana, belum siap menjadi raja, karena usianya masih sangat belia.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto