Primbon Jawa Weton dan Watak, Cara Mengetahui Watak Berdasarkan Jumlah Neptu dari Weton Lahir

8. Neptu weton 14, lakune mbulan

Mereka yang lahir pada Minggu Pahing, Rabu Pon, Jumat Kliwon, dan Sabtu Legi, memiliki nilai neptu weton 14.

Watak yang dimiliki adalah lakune mbulan, laksana bulan, dengan watak mereka adalah menjadi pendengar dan pemberi saran yang baik,  sehingga menjadi pencerah bagi orang di sekitarnya.

Tidak hanya itu, mereka juga dikenal cerdas dan mudah bergaul dengan siapa saja.

9. Neptu weton 15

Nilai neptu 15 dimiliki oleh orang yang lahir pada Rabu Kliwon, Kamis Pon, Jumat Pahing.

Mereka biasanya memiliki watak pendendam, memiliki emosi yang mudah tersulut, seperti karakter api, juga tidak suka diperintah, karena mereka cenderung keras dan tegas.

Dalam kehidupan sosial, mereka akan sering terjadi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial mereka.

10. Nilai neptu 16, lakune bumi

Nilai neptu weton 16 dimiliki oleh mereka yang lahir pada Rabu Pahing, Kamis Kliwon, Sabtu Pon.

Menurut perhitungan primbon jawa, nilai neptu 16 merupakan pribadi yang senang mengayomi, juga mudah diatur karena memiliki hati yang lembut.

Tetapi, jangan membuat mereka marah, karena jika marah, mereka bisa berubah menjadi pribadi yang menyeramkan.

11. Neptu weton 17, lakune gunung

Nilai neptu weton 17 dimiliki oleh mereka yang lahir pada Kamis Pahing dan Sabtu Kliwon.

Menurut primbon Jawa, mereka memiliki watak moody, pendiam, dan terlalu baik.

Saking baiknya, banyak yang menyebut mereka lambat, bahkan mudah tertipu.

Jika bisa mengambil hati mereka, maka mereka akan memiliki sifat yang mudah diatur.

12. Nilai neptu 18, lakune paripurna

Hanya Sabtu Pahing-lah yang memiliki nilai neptu 18 nan sempurna ini.

Menurut perhitungan primbon Jawa, mereka memiliki watak yang egois dan dominan, cenderung haus kekuasaan dan tidak suka bila permintaannya ditolak.

Selain itu, mereka juga mudah panas, tetapi amarahnya cepat reda dengan sendirinya.

Anda boleh saja tidak percaya dengan ramalan di atas tetapi anggap saja sebagai tambahan pengetahuan melestarikan warisan budaya leluhur bangsa kita.

Editor: Komaruddin Bagja