get app
inews
Aa Text
Read Next : Mengenal Keroncong, Musik Kesukaan Bung Karno yang Dipromosikan hingga ke Mancanegara

Pidato Menggetarkan Soekarno saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Kamis, 17 Agustus 2023 - 08:32:00 WIB
Pidato Menggetarkan Soekarno saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan RI. (Foto: ist)

JAKARTA, iNews.id - Presiden Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB. Detik-detik proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta itu diawali dengan pengibaran bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

“Tak ada yang memimpin lagu, sehingga suara yang dihasilkan terdengar sumbang,” dikutip dari buku Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka.

Bung Karno tampil memakai setelan jas putih lengkap dengan peci. Bung Hatta mengenakan setelan jas serupa namun tanpa peci. Ibu Fatmawati memakai setelan kebaya dan berkerudung.

Pengibaran Bendera Merah Putih saat Proklamasi. (Foto: ist)
Pengibaran Bendera Merah Putih saat Proklamasi. (Foto: ist)

Di dekat tiang bendera berdiri Latief Hendraningrat dan Suhud. Keduanya pemuda Peta (Pembela Tanah Air) yang ditunjuk sebagai pengerek bendera pusaka Merah Putih.

Awalnya yang didaulat mengerek bendera yakni SK Trimurti. Namun karena merasa tidak pantas menerima kehormatan itu, dia melimpahkan kepada Latief Hendraningrat.

SK Trimurti berdiri di sebelah Fatmawati, istri Bung Karno. SK Trimurti adalah seorang wartawan yang juga aktivis kemerdekaan. Dia istri dari Sayuti Melik, pengetik teks naskah Proklamasi Kemerdekaan.

Tepat pukul 10.00 WIB, usai pengibaran bendera merah putih, suasana hening mencekam. 

Bung Karno mengeluarkan kertas yang terlipat dari saku jasnya. Sebelum membaca naskah pendek yang telah diketik dan dibubuhi beberapa coretan, Bung Karno memberi pidato pengantar sebagai berikut:

Pidato Soekarno saat Proklamasi Kemerdekaan

Saudara-saudara sekalian,

Saya telah minta saudara-saudara  hadir di sini untuk menyaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita.

Bahkan telah beratus-ratus tahun!. Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya, dan ada turunnya. Tetapi, jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.

Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka.

Tetapi, pada hakekatnya kita tetap menyusun tenaga kita sendiri. Kita tetap percaya kepada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri.

Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia.

Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad. Dengarkanlah proklamasi kami.

Bung Karno pun mengumandangkan teks Prokalamasi Kemerdekaan Indonesia dengan Bung Hatta berdiri sedikit di belakang sebelah kiri. Setelah naskah proklamasi selesai dibacakan, Bung Karno menutup sambutannya sebagai berikut:

Demikianlah, Saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka!. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air dan bangsa kita!. Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia-merdeka kekal abadi.

Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!

Upacara kemerdekaan sekaligus pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia selesai. Dalam 'Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka' disebutkan semua berlinang air mata bahagia.

Fatmawati tiba-tiba memeluk SK Trimurti. Keduanya berangkulan dengan tangis tersedu-sedu. Fatmawati yang menjahit sang saka merah putih pada akhir tahun 1944. Ia menjahit bendera berukuran 2x3 meter saat hamil tua putra pertamanya (Guntur Soekarnoputra).

Semua yang hadir dan mengikuti Proklamasi Kemerdekaan itu juga saling berpelukan sekaligus berurai air mata haru. Indonesia telah merdeka.

“Pokoknya, semua semua menangis,” kenang Fatmawati seperti dikutip dari buku 'Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka'

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut