Pesona Kecantikan Roro Oyi, Bikin Raja Mataram Gelap Mata hingga Habisi Paman Sendiri
BLITAR, iNews.id - Tragedi berdarah yang disebabkan pesona kecantikan seorang perempuan bernama Roro Oyi mewarnai perjalanan Amangkurat I (1646-1677) dalam memimpin Kerajaan Mataram. Roro Oyi atau Roro Hoyi adalah perempuan keturunan Tionghoa yang berasal dari Banyuwangi.
Kecantikan itu pun membuat Amangkurat I gelap mata. Putra Sultan Agung Hanyokrokusumo tega menghabisi keluarganya sendiri.
Pangeran Pekik, adipati Surabaya, yang merupakan paman Amangkurat I, menjadi salah satu anggota keluarganya yang dieksekusi.
Lalu siapa Roro Oyi? Dia adalah anak Tumenggung Ki Mangunjaya, punggawa Mataram yang dipercaya menjaga wilayah Banyuwangi. Ki Mangunjaya merupakan keturunan Tionghoa yang dulunya bernama Ma Oen.
Dia seorang pedagang yang tekun berniaga di kawasan pelabuhan Surabaya. Ma Oen dikenal bersosok ramah dan menyenangkan. Tapi yang paling menonjol adalah kemampuannya menjaga keamanan kawasan pelabuhan Surabaya.
Hal itu yang membuat Ma Oen memiliki kedekatan dengan Pangeran Pekik, Adipati Surabaya, bawahan Kerajaan Mataram.
Pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (ayah Amangkurat I), Ma Oen ikut berjasa dalam operasi militer menaklukkan Giri Kedaton (Gresik) di bawah pimpinan Pangeran Pekik.
“Sebagai balas jasa, Pangeran Pekik mengangkat Ma Oen sebagai demang dan menjadikannya penguasa Banyuwangi,” demikian tertulis dalam buku Sejarah Nusantara yang Disembunyikan (2019), dikutip Sabtu (11/2/2023).
Sebagai penguasa Banyuwangi, Ma Oen dianugerahi nama baru yakni Mangunjaya. Dia menikahi seorang perempuan Jawa dan dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Roro Oyi.
Hoyi sudah memesona sejak kecil. Dia memiliki kulit terang, mata sipit serta alis halus melengkung. Kabar tentang pesona itu sampai ke telinga Amangkurat I.
Raja Mataram itu pun terpikat dan ingin memperistrinya. Roro Oyi lalu diboyong ke Keraton Mataram. Namun karena dianggap belum cukup dewasa, Roro Oyi lebih dulu dititipkan kepada Bei Wirorejo.
Hoyi mendapat pelajaran etika. Dia diajari bagaimana menerapkan laku unggah-ungguh di lingkungan Keraton Mataram.
Masalah timbul ketika Pangeran Tejaningrat, putra Amangkurat I, diam-diam juga menaruh hati kepada Roro Oyi. Dia ingin memperistrinya. Namun begitu tahu Hoyi adalah calon istri ayahnya, niatnya diurungkan.
Akibatnya Tejaningrat jatuh sakit. Tahu hal itu Pangeran Pekik merasa iba. Dia tidak tega melihat cucunya sakit gara-gara asmara yang tidak terlaksana. Diam-diam Dia kawinkan Tejaningrat dengan Roro Oyi.
“Mengingat Tejaningrat adalah anak Amangkurat I sendiri, Pangeran Pekik menduga jika Amangkurat I akan maklum dengan pernikahan Tejaningrat dan Roro Oyi,” tulis buki tersebut.
Namun perkiraan Pangeran Pekik salah besar. Amangkurat I yang murka justru menuduhnya telah melakukan persekongkolan untuk merongrong takhta Mataram.
Akibatnya Pangeran Pekik dihukum gantung di alun-alun hingga tewas. Begitu juga dengan Bekel Bei Wirorejo, pengasuh Roro Oyi juga digantung sampai mati.
Sementara Tejaningrat putranya mendapat hukuman menghabisi Roro Oyi. Tejaningrat tak kuasa menolak perintah raja yang notabene ayah kandungnya.
Gadis yang dicintainya itu tewas di tangannya. Sejak peristiwa itu, Tejaningrat diangkat menjadi Adipati Anom.
Amangkurat I merupakan Raja Mataram yang menjadi sekutu kompeni Belanda. Pemerintahannya diwarnai banyak pemberontakan. Yang paling besar adalah pemberontakan Trunojoyo, di mana Amangkurat I sampai keluar istana.
Amangkurat I meninggal dunia dalam pelarian di wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Dia mendapat julukan sebagai Sunan Tegalarum atau Tegalwangi.
Editor: Rizky Agustian