Muslimat NU Surabaya Sebut Fandi Utomo Layak Gantikan Tri Rismaharini
SURABAYA, iNews.id – Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Kota Surabaya masih dua tahun lagi. Namun, bursa calon orang nomor satu di Surabaya pengganti Tri Rismaharini mulai menghangat. Selain nama petahana Wisnu Sakti Buana, sosok Fandi Utomo juga mulai mengemuka.
Hal ini setelah Ketua Pengurus Cabang (PC) Muslimat Surabaya Lilik Fadhilah menyebut nama Fandi di berbagai kesempatan. Mantan politisi Partai Demokrat yang menyeberang ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu dinilai layak menggantikan Tri Rismaharini. Selain karena lama berkiprah di Kota Pahlawan, Fandi juga dinilai berpengalaman.
Dukungan Lilik terhadap Fandi sendiri tak lepas dari perannya sebagai tim pemenangan Khofifah-Emil Dardak dalam Pilgub Jatim lalu. Mantan politisi Partai Demokrat itu sebelumnya pernah mencalonkan diri sebagai wali kota Surabaya pada 2010 silam.
"Pak Fandi ini mantan calon wali kota yang dulu belum berhasil. Tapi untuk berikutnya harus berhasil," kata Lilik, Selasa (24/7/2018).
Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Airlangga Pribadi membagikan pandangannya. Dia berpendapat, jika dilihat dari konstelasi pilkada serentak tahun ini, PKB memiliki pekerjaan berat di Surabaya.
"Pileg ini PKB punya pekerjaan berat. PKB harus mengonsolidasikan kekuatan-kekuatan NU. Karena tidak semua kekuatan itu satu jalur politik dengan PKB. Contohnya di Pilkada kemarin, PKB kalah di Surabaya," kata Airlangga.
Basis politik dari Kalangan NU tidak utuh. Ada sebagian besar yang tidak berpijak ke PKB. Dia menilai, yang harus diantisipasi yakni kalangan muslimat. Berkaca dari Pilgub Jatim, justru mobilitas dukungan mengarah ke Khofifah bukan ke PKB.
“Pernyataan Ketua PC Muslimat Surabaya layak dipertimbangkan. Karena, dari rekam jejaknya, Fandi Utomo punya pengalaman dengan pernah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surabaya dalam Pilwalkot 2010 lalu. Tentunya PKB akan lebih mudah mengusung Fandi karena dia sudah mengetahui medan pertarungan," ujarnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair ini juga menyebut, Fandi Utomo punya pekerjaan berat. Yakni, harus bisa mengonsolidasikan kekuatan-kekuatan politik di kalangan NU. Terlebih lagi, setelah perhelatan Pilkada Serentak 2018.
"Karena Pak Fandi tidak berangkat dari politik kalangan NU maka dia kemudian harus bekerja keras untuk membangun dukungan politik di kalangan santri," ucap Angga, sapaan akrab Airlangga Pribadi.
Editor: Donald Karouw