Misteri Makam Mbah Ginah di Belakang Balai Kota Malang, Benarkah Tak Bisa Dipindah?
MALANG, iNews.id - Makam Mbah Ginah yang berada di belakang Balai Kota Malang hingga kini masih menyimpan misteri yang belum terungkap. Konon makam tersebut tidak bisa dipindahkan.
Pemerhati sejarah Kota Malang, Agung H Buana mengatakan, ada tiga versi yang beredar mengenai makam Mbah Ginah di kawasan Balai Kota Malang. Versi pertama, sosok Mbah Ginah yang dimakamkan itu adalah petugas kebersihan balai kota pada masa kolonial Belanda. Sepeninggalnya Belanda memutuskan membangun makamnya tepatnya di belakang Balai Kota Malang, demi menghormati jasanya.
"Ketika balai kota dibangun oleh Belanda itu ada tukang yang bersih-bersih, petugas kebersihan dari balai kota, Mbah Ginah ini yang bertugas menyapu, dan melakukan kebersihan dan lain - lain. Akhirnya sekitar tahun 1940-an meninggal, sebagai penghormatan dikebumikan di belakang balai kota. Dia orang yang suka bersih-bersih balai kota," ungkap Agung Buana, Rabu (28/5/2025).
Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang itu menerangkan, versi kedua sosok Mbah Ginah ini sebagai pemulung yang ada biasanya beroperasi di sekitar balai kota dahulu. Konon dahulu belakang balai kota sempat tak terurus dan menjadi tempat pembuangan sampah, hingga ke dekat Sungai Brantas.
"Suatu saat pemulung ini terperosok jatuh dan meninggal, oleh teman - teman yang lain akhirnya dimakamkan di sekitar sini," ungkapnya.
Selanjutnya, sosok Mbah Ginah dikisahkan masih terkait dengan makam yang berada di tepi Jalan Majapahit, tepatnya di Utara Jembatan Majapahit. Saat itu di zaman penjajahan Belanda terdapat sepasang laki - laki dan perempuan yang mempunyai hubungan istimewa.
Konon sang lelaki yang menjalin hubungan spesial dengan Mbah Ginah, kerap meminta informasi, yang menjadi orang dalam di Balai Kota Malang, yang dikuasai Belanda. Namun tak berselang lama, sang laki - laki tertangkap oleh Belanda dan dihukum mati. Begitu pun dengan Mbah Ginah, namun sang laki - laki itu akhirnya dimakamkan di luar kawasan pemerintahan, sementara Mbah Ginah yang dianggap berjasa ditempatkan di dalam kawasan Balai Kota Malang.
Namun diakuinya tiga versi ini belum ada yang bisa membuktikan sejarahnya. Bahkan penelitian ilmiah pun belum pernah didengarnya, hanya ada beberapa paranormal dan pakar supranatural, yang mencoba mencari tahu dari sisi metafisika, terkait Mbah Ginah yang dimakamkan di kawasan Balai Kota Malang, serta asal usulnya.
"Saya belum pernah dengar secara resmi penelitian, tapi ada juga paranormal yang sering datang, dan melakukan proses komunikasi, tapi nggak mau cerita detail seperti apa, tapi dari hasil penelusuran metafisika dipastikan perempuan," tuturnya.
Hal ini pun yang memunculkan mitos angkernya keberadaan makam Mbah Ginah, dan sosok penunggu Taman Rekreasi Kota (Tarekot), serta kawasan belakang balai kota. Tak heran beberapa kali renovasi di Tarekot, bahkan terakhir kali pembangunan gedung perkantoran megah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Malang pada akhir 2019, makam itu sengaja dibiarkan dan tak dipindahkan.
"Sangat bisa kalau (makamnya) mau dipindahkan, tapi kawasan Tarekot ini kawasan yang tanda petik punya aura tersendiri, sehingga segala sesuatu itu harus dipertimbangkan. Memindahkan hal kayak gitu tidak sulit, cuma kita juga punya harmonisasi dengan penciptanya," katanya.
Editor: Kastolani Marzuki