Kisah Terbelahnya Kerajaan Singasari dan Tewasnya Ken Arok di Tangan Anusapati
JAKARTA, iNews.id - Kerajaan Singasari mengalami perpecahan setelah Sri Rajasa Sang Amurvwabhumi atau Ken Arok meninggal. Pendiri Kerajaan Singasari atau Tumapel itu tewas di tangan anak tirinya, Anusapati.
Saat Ken Arok berkuasa, Kerajaan Singasari atau Tumapel memiliki ibu kota di Kutaraja. Selain itu ada kota kedua yakni Kediri, yang dahulu bernama Daha.
Ken Arok menunjuk anaknya, Mahisa Wunga Teleng sebagai raja di Kediri. Penunjukkan ini membuat Anusapati iri hati lantaran Ken Arok dinilai memberi perlakuan berbeda.
Anusapati memutuskan untuk membunuh Ken Arok. Meninggalnya Ken Arok pada 1227 membuat kekuasaan Tumapel jatuh ke tangan Anusapati.
Di sisi lain, Mahisa Wunga Teleng masih berkuasa sebagai raja di Kediri yang merupakan bawahan Tumapel.
Namun Mahisa Wunga Teleng mengetahui penyebab tewasnya Ken Arok yang dibunuh oleh Anusapati. Hal itu yang membuat dirinya menolak tunduk kepada Tumapel.
Setelah tewasnya Ken Arok, Kerajaan Singasari akhirnya terbelah menjadi dua yang masing-masing dipimpin oleh anaknya.
Kerajaan Tumapel di bawah Anusapati, dan Kerajaan Kediri di bawah kendali Mahisa Wunga Teleng atau Bhatara Parameswara.
Prof Slamet Muljana dalam buku "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" menyebut Mahisa Wunga Teleng adalah putra pernikahan Ken Arok dengan Ken Dedes.
Sedangkan Anusapati adalah anak tiri Ken Arok. Dia adalah anak dari pernikahan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung.
Saudara-saudara Mahsia Wunga teleng akhirnya memiliih berpihak kepadanya. Hal itu tertuang dalam Prasasti Mula-Malurung yang menjelaskan Guning Bhaya dan Tohjaya kemudian berturut-turut menggantikan Bhatara Parameswara.
Editor: Reza Yunanto