Kisah Poligami di Indonesia, Resahkan RA Kartini hingga Aktivis Perempuan Bumiputera

JAKARTA, iNews.id - Kisah poligami di Indonesia. Isu poligami ternyata sudah menjadi polemik sejak pra kemerdekaan Indonesia. Poligami menjadi perbincangan serius para aktivis perempuan bumiputera karena telah menimbulkan keresahan di masyarakat.

Bahkan ada suara-suara yang mengaitkan poligami sebagai salah satu praktik seksualitas di antara dua “P” lainnya, yakni Promiskuitas (seks bebas) dan Prostitusi dengan berbagai alasan pembenaran lainnya.

Baca Juga

Kisah Tunggul Ametung, Dekati Kaum Brahmana demi Redam Kerusuhan di Tumapel

Kongres Perempuan Indonesia mengangkat isu poligami dalam acara kongres yang digelar 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Kongres Perempuan Indonesia yang diikuti 30 perkumpulan perempuan dari seluruh Indonesia, yakni di antaranya Putri Indonesia, Wanito Tomo, Wanito Muljo, Aisijah, Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Poetri Mardika dan Wanita Taman Siswa, membahas secara serius.

Baca Juga

Kisah Presiden Komisi Eropa Dihadiahi Syal Bermotif Islami di Istana Alhambra Spanyol

Hasil kongres yang berlangsung empat hari itu merekomendasikan praktik poligami harus mendapat surat keterangan dari negara.

“Salah satu keputusannya (Kongres Perempuan Indonesia) adalah pemerintah wajib memberikan surat keterangan pada saat menikah (undang-undang perkawinan),” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu di Nusantara (2018).

Editor: Ihya Ulumuddin