Kisah Pilu Petani Cabai di Supiturang, Gagal Panen karena Tanaman Habis Tertimbun Abu Semeru
LUMAJANG, iNews.id - Erupsi Gunung Semeru menyisakan pilu bagi para petani di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Selain kehilangan keluarga, kerabat dan harta benda, puluhan hektare lahan cabai juga musnah tertimbun material vulkanis Gunung Semeru.
Poniman salah satunya, warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang ini mengaku ladang cabainya seluas dua hektare hancur terpendam material erupsi Gunung Semeru. Padahal cabai itu sebenarnya tengah bersiap panen dalam beberapa hari ke depan.
"Semuanya terpendam hancur kena erupsi. Padahal sudah mau panen," katanya Sabtu (11/12/2021)
Poniman menambahkan begitu sedih melihat kebun cabainya gagal panen karena harga cabai tengah laku tinggi. Apalagi selain kehilangan ladang cabainya, ia juga harus kehilangan dua ekor sapi miliknya yang terkubur material erupsi.
"Harganya pas masih laku tinggi, mau dipanen habis, ya mau gimana lagi. Sekarang semuanya habis, cabai habis, sapi dua ekor mati, empat rumah yang ditempati keluarga besar juga kekubur," tuturnya.
Selain Poniman, nasib sama juga juga dialami oleh Musripah. Perempuan 53 tahun itu kehilangan 3 hektare kebun cabai karena tertimbun material erupsi. Dia menunjukkan kebun cabai rawitnya tak jauh dari rumah yang terkubur.
Musripah mengatakan, bagian bawah yang dipasang garis polisi dulunya merupakan perkebunan dan persawahan milik warga. Tetapi kini area perkebunan warga itu semuanya berubah tertimbun material dengan kedalaman mencapai 30-50 meter.
"Ini dulunya nggak segini (kedalamannya) dalam terus ini area perkebunan sekarang jadi terkubur. Semuanya hancur termasuk cabai saya," katanya.
Dirinya menuturkan, pada Sabtu paginya ia sempat melihat kebunnya dan memprediksi akan panen dalam waktu dua tiga hari ke depan. Beberapa cabai bahkan telah ranum dan siap dipetik sehingga dia memutuskan memetiknya terlebih dahulu.
"Ada yang sudah dipanen tapi nggak banyak, karena masih ada yang di pohonnya. Jadi sudah hijau-hijau siap panen, tapi nggak tahunya kena Semeru," ucap Musripah, sambil sesekali mengelap air matanya dengan jilbab yang ia kenakan.
Penderitaannya kian bertambah lantaran hewan ternak miliknya juga terkubur, total ada empat ekor sapi miliknya mati dan masih terkubur material erupsi. "Sudah nggak punya apa-apa sekarang, menyelamatkan diri cuma bawa baju yang dipakai itu. Selamat sudah Alhamdulillah, saya masih takut kalau ingat kejadiannya ngeri, kayak mau kiamat saat itu," tuturnya.
Musripah dan Poniman, meruoajan dua dari sekian ratus warga Dusun Umbulan yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Hampir setiap hari pascaerupsi mereka pulang dari pengungsian di SDN Supiturang 4 melihat kondisi rumahnya. Padahal rumahnya sudah tak lagi berbentuk lantaran tersisa bagian atapnya saja.
"Kepengen lihat saja, pengen gitu rasanya punya rumah lagi, tapi kalau di sini nggak mungkin, sudah nggak berani. Kalau punya tempat tinggal sendiri kan enak, pengen cepat dapat rumah untuk memulihkan perekonomian," katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin