Kisah Pilu Guru Honorer di Desa Terpencil Jombang, 17 Tahun Mengajar Tanpa Perhatian
JOMBANG, iNews.id - Mimpi guru honorer di pedalaman Jombang, Andik Santoso, untuk menjadi pengajar dengan gaji yang layak, kandas. Guru yang sempat viral karena menempuh perjalanan berat untuk mengajar itu gagal lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Padahal dia pernah dijanjikan oleh pemerintah untuk diprioritaskan lolos dalam seleksi itu. Perhatian itu diberikan karena Andik telah belasan tahun mengajar di tengah keterbatasan.

Selain jarak tempat tinggal dan sekolah yang cukup jauh. Andik juga harus melintasi medan jalan yang cukup berat. Naik turun bukit, melewati jalan berlumpur di tengah hutan hingga menerobos tiga sungai demi mengajar anak-anak di sekolah terpencil di pedalaman hutan Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan.
Butuh waktu 1,5 jam bagi Andik untuk bisa sampai di sekolah. Bahkan, saat banjir datang, tak jarang Andik harus menyeberang dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.
Aktivitas berat sebagai guru honorer itu dijalani Andik setiap hari, meski dengan gaji yang kecil Rp700.000 per bulan. Karenanya, setip pulang mengajar, Andik selalu mencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Hasilnya untuk membeli bensin agar tetap bisa berangkat mengajar.
Sudah lebih dari 17 tahun Andik menjalani aktivitas sebagai guru di desa terpencil itu. Namun, perhatian dari pemerintah tak kunjung datang.
Harapan sempat datang saat Andik dijanjikan untuk diprioritaskan masuk PPPK. Namun, kini harapan itu pupus. "Tidak lolos PPPK. Sudah diisi orang baru dari luar daerah. Saya juga tidak tahu. Padahal katanya mau diperjuangkan. Saya kecewa, tapi ya mau bagaimana lagi," katanya.
Karena itu, dia tidak ingin lagi bermimpi. Dia akan tetap mengajar, meski dengan gaji yang tidak seberapa. Sebab, bagi dia, bisa membantu anak-anak di pedalaman belajar itu lebih penting. "Kasihan mereka," katanya.
Dia juga berharao, agar pemerintah serius memikirkan nasib guru honorer yang mengajar di daerah terpencil seperti dirinya.
Editor: Ihya Ulumuddin