Kisah Pilu Balita Yatim di Ponorogo, Bola Mata Nyaris Lepas dan Tak Bisa Berobat

PONOROGO, iNews.id - Nasib pilu menimpa seorang balita yatim asal Desa Kupuk, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Bola mata bagian kiri bocah bernama Dimas Alfahri itu bengkak cukup besar hingga nyaris lepas.
Kondisi itu membuat Dimas kesakitan. Bocah berusia dua tahun itu hanya bisa menangis di gendongan sang ibu, Sri Wahyuni.
Dimas sudah pernah dibawa ke rumah sakit di Ponorogo dan Madiun atas bantuan warga karena tak ada biaya. Namun, pengobatan itu tak membuahkan hasil hingga harus dirujuk ke RSUD dr Soetomo di Surabaya.
Namun, lagi-lagi, sang ibu kebingungan. Sebab, dia tak punya uang. Apalagi sejak suaminya meninggal dunia beberapa bulan lalu.
Salah seorang tetangga, Mahendra Swara, mengatakan, kondisi sakit mata bocah tersebut terjadi sejak beberapa bulan lalu. Hal itu bermula saat sang ayah, Saji meninggal dunia.
Sejak saat itu, Dimas terus menangis hingga kurang lebih dua bulan. Dari situlah mata sebelah kiri memerah dan bengkak.
Semula hanya dianggap bengkak biasa. Namun, lama kelamaan bengkak mata terus membesar hingga menonjol ke depan. "Enggak tahu kenapa. Awalnya normal seperti anak-anak pada umumnya. Setelah terus menangis itu, akhirnya bengkak," katanya.
Mahendra mengatakan, karena sang ibu tidak punya biasa, sakit anaknya hanya dibiarkan saja. Akhirnya, warga sekutar pun terpanggil untuk membantu. Mereka patungan dan membawa balita Dimas ke Rumah Sakit Harjono Ponorogo.
Namun, karena kondisinya sudah kritis, Dimas dirujuk ke Rumah Sakit Provinsi di Madiun. Tetapi, lagi-lagi tak bisa menangani, sehingga Dimas harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya.
"Kasihan sekali. Apalagi, Bu Sri ini keluarga tidak mampu. Dia hanya bekerja jadi buruh pembuat tusuk sate," ujarnya.
Sementara itu, Sri Wahyuni hanya bisa pasrah. Dia berharap sakit yang diderita anaknya segera sembuh dan bisa bermain seperti anak seusianya.
"Nangis terus minta gendong. Kalau diajak jalan-jalan diam. Jadi kalau tengah malam nangis ya saya bangun ajak jalan-jalan sambil digendong," tuturnya.
Editor: Ihya Ulumuddin