Kisah Perwira Jepang, Sedih dan Mabuk-Mabukan di Depan Soekarno Usai Kalah Perang
                
            
                Lagipula di sisi lain Jepang harus menaati status quo yang ditetapkan Sekutu. Perundingan berlangsung alot dan hingga dua jam membentur jalan buntu. Pihak Indonesia yang diwakili Soekarno dan Hatta memutar akal.
Para perwira Jepang diminta menganggap tindakan yang diambil pihak Indonesia sebagai urusan internal dan dibiarkan saja sepanjang di luar pengawasan Jepang. Pihak Jepang menjawab: Kalau kami tahu, kami pasti akan menolak rencana ini. Bila kami setuju, berarti kami mengingkari kewajiban kepada Sekutu.
Tanggapan para perwira Jepang menjadi pegangan Soekarno untuk mengambil langkah selanjutnya. Sekitar pukul 03.00 dini hari 17 Agustus 1945, pihak Indonesia kembali ke rumah Laksamana Maeda.
Ada sekitar 50 orang, termasuk kelompok pemuda. Namun hanya beberapa orang yang melakukan rapat di meja bundar ruang makan, yakni Maeda, Soekarno, Hatta, Yoshizumi, dan Nishijima. Di dekat mereka hadir pula Sukarni, Sayuti Melik dan B.M Diah.
Sejarah mencatat, teks Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 kemudian disusun dan dibacakan Soekarno pada pukul 10.00 Wib di beranda rumah Jalan Pegangsaan Timur 56.
Editor: Ihya Ulumuddin