Kisah Pertempuran Pasukan Pangeran Diponegoro Lawan Koalisi Pacitan dan Belanda
Setibanya di Glesung sebagaimana dikisahkan pada "Kisah Brang Wetan : Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan" terjemahan Karsono Hardjoseputro, mereka menyatu dengan pasukan para bupati monconegoro dan Kompeni Belanda.
Tak berapa lama, pasukan pemberontak yang ribuan jumlahnya datang dengan dipimpin Pangeran Diponegoro. Tetabuhannya aneka jenis berupa gong beri, kethiprak, thong-thong grit, maguru gangsa, ditabuh bertalu-talu. Sebentar-sebentar mereka bersorak-sorai.
Mereka berebut di depan. Tak berapa lama kemudian, pasukan pemberontak menyerang pasukan Mas Tumenggung Jogokaryo II. Suaranya bergemuruh. Gerakan mereka seperti ikan berebut pakan di air. Pertempuran berlangsung sengit, mayat tumpang-tindih, darah mengalir di sembarang tempat ibarat banjir.
Pasukan monconegoro dan Kompeni banyak berkurang, nyaris kalah. Ketika tahu pasukannya banyak yang tewas, Mas Tumenggung Jogokaryo II sangat marah, lalu membabi buta, siap mati di medan perang. Banyak bala tentara pemberontak yang tewas oleh Mas Tumenggung.
Setelah sekian lama bertempur Bupati Pacitan itu lantas roboh karena harus menghadapi banyaknya musuh. Akhirnya dia pun ditangkap oleh pasukan Pangeran Diponegoro.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto