Kisah Perjanjian Giyanti yang Berujung Pemecatan 2 Bupati oleh Sultan Yogyakarta

Medan tempuh yang cukup sulit antara mancanegara timur dan ibu kota keraton memberikan semacam perasaan bebas merdeka kepada para bupati kawasan timur, khususnya pejabat tinggi yang membawahi daerah-daerah paling timur yang berkedudukan di Madiun. Hal tersebut membuat keluarga bupati berpengaruh di wilayah yang jarang penduduknya ini mengembangkan rasa kedaerahan yang kuat.
Rumitnya masalah terjadi ketika Sultan Hamengkubuwono I memerintahkan Bupati Mangkudipuro untuk mengatasi pembangkangan Bupati Sawoo. Tugas yang diberikan oleh Sultan Hamengkubuwono I menyisakan masalah bagi Bupati Mangkudipuro karena dia memiliki hubungan dekat dengan Bupati Sawoo, khususnya pada Distrik Arjowinangun, Ponorogo.
Bupati Mangkudipuro menjalankan perintah Sultan Hamengkubuwono I dengan setengah hati. Dia merancang penyergapan pura-pura terhadap Bupati Sawoo dengan prajurit yang ada. Namun, nasib buruk telah menjadi suratan takdir bagi Mangkudipuro.
Pada penyergapan pura-pura tersebut, dia mendapatkan luka di punggungnya, sehingga memilih mundur bersama pasukannya kembali ke Madiun. Peristiwa itu memunculkan kemarahan Sultan Hamengkubuwono I sehingga Mangkudipuro langsung dipecat dan dipindahtugaskan sebagai bupati di Caruban. Keputusan ini dirasa jadi pilihan terbaik bagi Mangkudipuro karena dia masih terhitung keluarga dekat Keraton Surakarta.
Editor: Ihya Ulumuddin