Kisah Pangeran Diponegoro, Perjalanan Spiritual ke Pantai Selatan hingga Berganti Nama
Babad Diponegoro mencatat perjalanan dari Tegalrejo dan memulai kehidupan sebagai santri, yang berkelana dengan mengunjungi pesantren-pesantren dan masjid - masjid. Di sana Diponegoro hidup bersama para santri biasa. Tetapi tidak bisa dipastikan pesantren mana saja yang pernah dikunjungi Diponegoro. Boleh jadi beberapa wilayah selatan Yogyakarta, seperti Gading, Grojokan, Sewon, Wonokromo, Jejeran, Turi, Pulo Kadang, termasuk dua pathok negari, Kasongan dan Dongkelan.
Konon Diponegoro juga sempat menelusuri daerah pedalaman menuju kompleks pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta. Di Bengkung, di tepi kolam di puncak tangga besar menuju makam raja - raja, dia menghabiskan waktu satu minggu untuk bersemedi.
Kemudian Diponegoro juga mengikuti salat Jumat di Masjid Jimatan, dan para juru kunci masjid itu, yang dikenal sebagai jimat, menjaga makam raja - raja yang letaknya 100 meter di bawah puncak Bukit Imogiri. Meski sedang menjadi pengelana berpenampilan lusuh, Diponegoro menceritakan bahwa para juru kunci itu langsung mengenali dirinya dan memberinya penghormatan dengan segala apa yang mereka miliki.
Hal ini menunjukkan bahwa betapa Diponegoro dikagumi oleh petugas keagamaannya. Banyak dari mereka kemudian mendukung Diponegoro dan turut serta selama Perang Jawa.
Editor: Donald Karouw