Kisah Panembahan Senopati, Jadikan Putrinya Penari Tayub demi Taklukkan Ki Ageng Mangir
Hal ini karena Ki Ageng Mangir yang masih lajang tertarik dengan kesenian tayub. Maka Senopati kemudian menggunakan putrinya Retna Pembayun untuk menjadi rantai emas, menarik hati Ki Ageng Mangir.
Retna Pembayun kemudian menyamar sebagai ledhek atau penari seni tayub. Ia disertai dengan Adipati Martalaya yang menyamar sebagai dalang Sandiguna, Ki Jayasupanta, Ki Sandisasmita, Ki Suradipa, dan Nyai Adirasa, Retna Pembayun meninggalkan istana Mataram. Rombongan menuju wilayah Mangir untuk pertunjukan tayub dengan cara mengamen. Retna Pembayun menggunakan nama samaran Lara Kasihan.
Mendengar informasi adanya serombongan kesenian tayub dengan penarik berwajah cantik jelita tengah ngamen di wilayahnya. Ki Ageng Mangir berkenan untuk menyaksikannya. Dia kemudian mengutus anak buahnya untuk mengundang grup kesenian tayub Mataram yang menyamar ini ke halaman Dalem Mangiran.
Penonton pun berdatangan penuh sesak melihat pertunjukan tayub itu. Memang Dalem Mangiran cukup luas sehingga mampu menjadi lokasi pertunjukan seni tayub yang menampung banyak penonton. Beberapa laki-laki kaya saat itu tak ketinggalan datang menyaksikan pertunjukan yang digawangi perempuan cantik.
Mereka nyawer atau memberi uang kepada Lara Kasihan. Sementara bagi laki-laki yang tak punya uang, ia hanya bisa melihat aksi kemolekan dan kecantikan tubuh Retna Pembayun, yang menyamar ini. Gerakan tubuh, wajah cantik, dan kemolekan tubuh Retna Pembayun membuat banyak laki-laki tergoda, tak terkecuali Ki Ageng Mangir.
Editor: Ihya Ulumuddin