Kisah Nenek Solati, Perempuan asal Jombang Sukses Naik Haji dari Hasil Mijit

JOMBANG, iNews.id - Jerih payah nenek Solati menjadi tukang pijit berbuah manis. Perempuan 95 tahun, warga Mojowarno, Kabupaten Jombang itu bisa menunaikan ibadah haji sebagaimana mimpinya sejak kecil.
Nenek Solati masuk dalam daftar jemaah calon haji (calhaj) 2023 di embarkasi Surabaya. Tangis bahagia pun pecah begitu dia dikabarkan segera berangkat ke tanah suci.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa sowan dateng kanjeng nabi," katanya sambil meneteskan air mata.
Nenek Solati menceritakan, pergi ke tanah suci memang sudah menjadi impiannya sejak kecil. Itu sebabnya, upah dari memijat selalu dia sisihkan untuk ditabung.
Nenek Solati tak ingat sejak kapan dia mulai menabung untuk persiapan haji. Tapi yang pasti itu sudah cukup lama, puluhan tahun, sejak dia masih kuat berladang.
Ya, nenek Solati memang dikenal sebagai perempuan pekerja keras. Selain bekerja di sawah, setiap hari nenek Solati juga membuka jasa pijat di rumahnya. Di sela-sela aktivitas itu, dia juga masih memelihara ayam, meski jumlahnya tak sebesarapa.
Nenek solati mengaku sudah memiliki keinginan pergi haji sejak masih muda. Namun, sejak awal tahun 2000-an, nenek Solati baru mulai terpikir untuk menabung guna menggapai cita-citanya tersebut.
Hasil dari pekerjaannya sebagai tukang pijat ditabung oleh nenek Solati sedikit demi sedikit. Setiap uang yang terkumpul cukup banyak, nenek Solati menggunakan uang tabungannya tersebut untuk membeli sapi.
Akhirnya, pada tahun 2018, nenek Solati menjual seluruh sapi-sapinya hingga bisa mendaftar dan mendapat porsi haji.
Karena usianya sudah sangat tua, hanya berselang dua tahun kemudian atau pada tahun 2020, nenek Solati mendapat prioritas dari pemerintah untuk berangkat haji.
Sayang, karena ada wabah pandemi Covid-19, kesempatan tersebut terpaksa dibatalkan oleh pemerintah. Dua tahun berselang, harapan itu kembali muncul. Nenek Solati masuk dalam daftar calhaj dan dipastikan berangkat tahun ini.
Karena itu, dia merasa senang. Sebab, di usianya yang ke-95 tahun, dia masih mendapat kesempatan untuk naik haji.
Anak nenek Solati, Tiani, mengakui, sang ibu memang sosok yang gigih, pekerja keras dan rajin menabung. "Ibu ini tidak pernah narif. Kalau ada yang pijit, bayarnya seikhlasnya. Sering juga diberi amplop isinya Rp2.000. Tapi ya nggak papa," katanya.
Karena itu dia juga ikut bahagia, ibunda tercinta bisa menuntaskan keinginannya, menunaikan ibadah haji.
Editor: Ihya Ulumuddin