get app
inews
Aa Text
Read Next : TNI Minta Masyarakat Jangan Terprovokasi Hoaks OPM Tuduh Aparat Tembak Mati Pelajar di Yalimo

Kisah Licik Halayuda, Tebar Fitnah dan Hoaks hingga Sebabkan Patih Nambi Terbunuh

Senin, 24 Januari 2022 - 07:47:00 WIB
Kisah Licik Halayuda, Tebar Fitnah dan Hoaks hingga Sebabkan Patih Nambi Terbunuh
Salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit. (istimewa).

SURABAYA, iNews.id - Intrik politik di internal Kerajaan Majapahi sangat kental di masa Raja Jayanegara. Fitnah dan hasutan serta kabar bohong (hoaks) mengiringi jalannya pemerintahan. Akibatnya sang raja kerap salah mengambil keputusan dan menimbulkan korban. 

Patih Nambi salah satunya, pejabat penting Majapahit itu tewas dibunuh akibat hasutan pembisik raja. Dia dikabarkan tengah menyusun kekuatan untuk memberontak kepada Jayanegara, sehingga harus dibinasakan. 

Berdasarkah naskah pararaton dan kidung sorandaka, sosok yang mendalangi fitnah ke Nambi yakni Mahapati. Istilah maha penguasa bermaka besar, sedangkan pati bermakna penguasa. Maksudnya yakni orang yang memiliki ambisi besar untuk menjadi penguasa. 

Hal ini menunjukkan bahwa nama Mahapati, sosok tokoh yang memfitnah Nambi bukanlah nama asli melainkan nama julukan. Nama Mahapati itu konon juga tidak dijumpai dalam prasasti apa pun, sehingga diduga merupakan nama ciptaan pengarang Pararaton. 

Negarakertagama pada buku yang ditulis Prasetya Ramadhan berjudul "Sandyakala di Timur Jawa  1042-1527 M Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit, hanya mengisahkan kematian Mahapatih Nambi secara singkat, tanpa ada penjelasan mengenai penyebabnya. 

Tetapi beberapa sejarawan termasuk Slamet Muljana percaya bahwa Mahapati yang menghasut Raja Jayanagara untuk melaksanakan serangan ke Nambi, adalah Dyah Halayudha. Sosok itu adalah nama patih Majapahit yang tertulis pada Prasasti Sidateka pada tahun 1323. 

Apabila dugaan itu benar, tokoh Mahapati atau Halayudha bukan orang biasa, tetapi masih keluarga bangsawan. Hal ini dikarenakan gelar yang ia pakai dyah, setara dengan raden pada zaman berikutnya. Misalnya pendiri Majapahit dalam Negarakertagama disebut Dyah Wijaya, sedangkan dalam Pararaton disebut Raden Wijaya. 

Sementara itu Nambi dan Lembu Sora, pada Prasasti Sukamreta hanya bergelar empu. Maka dapat dipahami keduanya bukan dari golongan bangsawan, namun memperoleh kedudukan tinggi masing-masing sebagai patih Majapahit dan patih Daha. Ia lun melancarkan aksi fitnah dan adu domba sehingga satu persatu para pahlawan pendiri kerajaan tersingkir. 

Bahkan di masa Raja Jayanagara yang menjadi raja selajutnya Majapahit, diceritakan sang raja kerap kali dipengaruhi oleh Dyah Halayudha atau sering disebut sebagai Mahapati dalam kitab kuno. Mahapati dikenal sebagai patih licik yang menghalalkan segala cara. Kebijakan-kebijakan raja banyak dipengaruhi oleh hasutan Dyah Halayudha. 

Sehingga para pejabat Majapahit banyak yang sengsara pada zaman ini. Pejabat - pejabat yang berseberangan dengan Dyah Halayudha satu persatu dibunuh atas nama kerajaan. Tuduhannya macam-macam ada yang dianggap tidak becus bertugas, sampai pada dituduh memberontak. 

Boleh jadi Mahapati artinya orang yang menyebabkan kematian yang besar atau penyebab matinya orang-orang besar. Peran mahapati inilah yang menyebabkan akhirnya Raja Jayanagara melakukan serangan ke Lamajang, tempat tinggal Mahapatih Nambi yang saat itu tengah cuti pasca meninggalnya sang ayah Arya Wiraraja. Kebetulan sebelumnya Nambi telah cuti terlebih dahulu saat mendengar ayahnya sakit keras. 

Mahapati yang datang ke Lamajang mengucapkan rasa duka cita ke Nambi, ternyata memiliki misi lain untuk menggulingkan jabatan Nambi. Maka ketika Mahapati meminta Nambi untuk menambah cutinya karena meninggalnya sang ayah Nambi tak merasa curiga sama sekali. Bahkan Mahapati sendiri yang berujar akan menyampaikan ke Raja Jayanagara bahwa Nambi tengah dirundung duka cita, pasca meninggalnya sang ayah. 

Namun sekembalinya ke ibu kota Majapahit dan menghadap Jayanagara, Mahapati menyampaikan hal berbeda. Dimana ia menyampaikan bahwa Nambi tak mau kembali ke ibu kota karena tengah mempersiapkan pemberontakan.

Hasutan ini membuat Jayanagara marah besar dan akhirnya mengerahkan pasukan menyerang Lamajang, tempat tinggal Nambi. Kelicikan Mahapati ini juga dianggap menjadi penyebab matinya Ranggalawe, Lembu Sora, hingga Nambi. Setelah kematian Nambi, Prabu Jayanagara kemudian mengangkat Mahapati sebagai patih Majapahit, hal ini sesuai yang dicita-citakan dan direncanakan.

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut