Kisah Gajah Mada Gagal Habisi Nyawa Raja Malaka
JAKARTA, iNews.id - Hasrat Kerajaan Majapahit menguasai Malaka tak terbendung. Segala cara ditempuh dalam untuk menguasai, termasuk dengan siasat bentukan Gajah Mada.
Kisah ini dituliskan buku Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan karya penulis Enung Nurhayati. Diceritakan dalam Hikayat Hang Tuah, Raja Majapahit meminta agar Gajah Mada menyusun strategi siasat untuk membunuh Raja Malaka.
Raja Majapahit pun mengusulkan agar pernikahan putrinya jadi ajang membunuh Raja Malaka dan menaklukkan kerajaannya. Maka Gajah Mada pun mencoba menyusun skenario sesuai perintah sang raja saat itu.
Tapi strategi pertama Gajah Mada menghabisi nyawa Raja Malaka dan empat orang pembesarnya di Majapahit gagal. Gajah Mada tak putus asa, dia tetap yakin dengan kekuatan dan strateginya berhasil membunuh raja. Gajah Mada pun mencoba membesarkan hati Raja Majapahit yang memerintahkannya.
Strategi pun disusun, perayaan pernikahan Raja Malaka dengan putri Kerajaan Majapahit pun digelar. Konon di acara pesta pernikahan inilah Gajah Mada berusaha merealisasikan perintah Raja Majapahit. Tapi usahanya diceritakan Hikayat Hang Tuah gagal kembali.
Kegagalan pembunuhan Raja Malaka membuat Raja Majapahit dibuat kecewa kembali. Tapi bukan Gajah Mada namanya bila tak berhasil membesarkan hati Raja Majapahit. Dia mencoba meyakinkan misinya lagi.
Cerita ini terukir dalam hikayat Hang Tuah dengan tulisan "Ya tuanku, sabar juga dahulu, yang akan mengenai kiai Tiga itu atas pateklah, kerena banyak lagi prajurit yang kepetangan patek peliharakan. Indah apatah membunoh kiai Tuah itu dan segala Melayu lima orang itu, selang negeri besar - besar lagi dapat dialahkan? Adapun pekerjaan anak anda juga tuanku bicarakan, supaya main kita jangan ketara, karena Melayu itu bijaksana".
Upaya pembunuhan Raja Malaka ini diketahui pihak kerajaan. Tapi Gajah Mada yang pandai dan cerdik menyampaikan tak ada maksud sama sekali menghabisi nyawa Raja Malaka.
Dia berpura-pura tidak tahu tentang rencana percobaan pembunuhan. Justru Gajah Mada dan Majapahit menyebut berhutang budi kepada Hang Tuah.
"Ayoh anak Tun Tuah, banyak kita berhutang kasih kepada anak Tuah. Jikalau lambat anak Tuah menikam juga, nescaya matilah manira ditikamnya, karena manira orang tua tiada berperang," demikian kisah di Hikayat Hang Tuah, yang artinya "Ayoh anak Tun Tuah, banyak kita berhutang kasih kepada terhadap anak Tuah. Jikalau terlambat anak Tuah menikamnya, niscaya matilah manira ditikamnya, karena manira ibu bapa yang tidak berdaya".
Editor: Nani Suherni